Surga merupakan tempat yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang saleh. Di sanalah tempat pembalasan bagi mereka yang sabar dalam menjalankan perintah-Nya. Tempat yang berisikan segala kenikmatan yang tidak mereka temukan di dunia, hingga digambarkan bahwa surga adalah tempat yang tidak pernah terdengar oleh telinga, tidak terlihat oleh mata dan tidak terpintas dalam benak seseorang.

Memperbincangkan komponen surga bukan hal yang mudah. Karena kebesaran nikmat yang tidak dapat dibandingkan dengan keadaan dunia. Salah satunya adalah bidadari. Mereka adalah seorang pelayan bagi para ahli surga. Dalam Al-Quran Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan”. (QS. Al-Waqiah 35-38)

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan firman Allah (artinya); “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,” maksudnya adalah Kami kembalikan mereka pada bentuk ciptaan yang lain setelah mereka tua renta, mereka kembali menjadi gadis-gadis perawan yang penuh cinta.

Baca Juga; Kaderisasi Wanita Shalehah

Tidak sedikit orang laki-laki yang menyamakan perempuan cantik dengan bidadari. Namun hal itu tidak ada bandingannya, sebab ada salah satu cerita seseorang yang bermimpi bertemu dengan bidadari, lalu ia muntah ketika bertemu dengan perempuan dunia. Lantas, seperti apakah keelokan seorang bidadari itu.

Maka dari itu, perlu kami tawarkan kitab yang fokus dalam menjelaskan bidadari. Yakni al-Yaqut, kitab yang dikarang oleh Abu Abdillah Isa bin Muhammad Asy-Syami. Penjelasan dalam kitab tersebut tidak fokus membahas bidadari. Terbukti dalam muqaddimah didahului penjelasan tentang fitnah seorang perempuan, godaan setan dan syahwat seseorang. Sedangkan penjelasan bidadari sendiri terdapat di bagian tengah.

Jika kita bandingkan dengan refrensi kitab lain, seperti kitab Mathali’ul-Budur ma’a Manazilis-Surur fi Washfil-Huril-In Nisa’u Ahlil-Jannah karya Abu Maryam Majdi bin Fatha As-Sayyid, kitab ini lebih luas pembahasannya. Karena kitab ini tidak hanya mengambil pembahasan pokok tentang bidadari. Sedangkan kitab bandingannya itu lebih ringkas dan fokus kepada penjelasan bidadari.

Ketika kita mulai mengkaji kitab ini, banyak hal baru yang akan dijumpai, seperti penciptaan bidadari. Mayoritas manusia mengetahui bahwa manusia tercipta dari tanah liat, para malaikat tercipta dari cahaya dan jin dengan sebangsanya tercipta dari api. Namun jarang yang mengetahui dari apakah bidadari diciptakan. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka berpendapat bahwa bidadari tercipta dari minyak zakfaran, misik dan tasbih para malaikat. Masing-masing dari model penciptaannya memiliki riwayat dan dalil.

Baca Juga: Kaum Hawa Harus Baca

Namun, pembahasan bidadari tidak akan terlewatkan tentang keelokan dan keindahannya. Hingga sangat tidak layak seseorang membandingkan perempuan dunia yang paling cantik sekalipun dengan seorang bidadari. Dalam kitab setebal 369 halaman ini juga diuraikan tentang keindahan seorang bidadari. Sebagaimana hadis yang disabdakan oleh Rasulullah: “Bagi setiap lelaki di antara mereka mendapat dua istri dari kalangan bidadari, setiap satu istri memakai tujuh puluh jubah yang sumsum betisnya dapat terlihat dari balik daging dan jubah mereka, sebagaimana minuman merah yang dilihat dari balik cermin putih.”

Dalam keterangan lain, dijelaskan bahwa seorang bidadari itu memiliki keindahan yang sempurna, terang bagaikan matahari namun enak dipandang seperti belahan bulan, pipinya berwarna seperti merahnya apel dan masih banyak keindahan lainnya. Oleh karena itu, kitab ini menyimpulkan bahwa seorang manusia tidak akan mampu membayangkan bagaimana seorang bidadari yang sebenarnya.

Spread the love