اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia (semuanya) kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah perempuan shalehah” (HR. Muslim)
Sosok wanita adalah pusat utama dalam mencetak generasi yang kuat dan bermartabat. Meski sifatnya lembut, wanita mampu membimbing generasi muda menjadi tangguh. Meski sifatnya lemah, wanita mampu mengkader panji-panji Islam yang kuat. Meski sifatnya lambat, wanita mampu mencetak negerasi muda yang pandai dan cerdas.
Bisa kita lihat dalam lembaran historis, bagaimana Sayidah Asiyah membimbing Nabi Musa menjadi tangguh, bagaimana Sayidah Maryam mengkader Nabi Musa menjadi kuat, dan bagaimana Fatimah binti Ubaidillah mencetak Imam asy-Syafi i menjadi pandai dan cerdas. Begitulah sosok wanita tampil di gerda terdepan dalam mencetak generasi-generasi yang bermartabat.
Sudah barang tentu tidak semua sosok wanita mampu mencetak generasi muda yang seperti itu. Hanya sosok wanita yang berkarakter luhur yang bisa membimbing negerasi muda yang bermartabat. Hanya sosok wanita yang berjiwa besar yang akan menguatkan jiwa-jiwa generasi muda. Hanya sosok wanita yang memiliki proritas agama dalam menilai yang mampu mendoktrin generasi muda dengan baik dan tepat.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan generasi muda yang kuat dan bermartabat maka kita harus mengupayakan sosok wanita yang kuat dan bermartabat terlebih dahulu. Jadikan wanita-wanita kita berkarakter luhur dan berjiwa besar serta bimbing mereka ke jalan agama yang lurus. Dengan demikian, generasi muda yang kuat dan bermartabat akan bermunculan dari masa ke masa.
Dari itu, penting di sini disuguhkan sebuah buku yang mengupas sifat-sifat wanita shalehah. Di antara buku itu adalah buku yang ditulis Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr yang berjudul, Sifâtuz-Zaujah ash-Shâlihah.
Yang menarik dari buku Sifâtuz-Zaujah ash-Shâlihah ini, di dalamnya menyebutkan tiga poin yang harus dipahami terlebih dahulu dalam mengkader wanita shalihah. Pertama, memperbaiki diri itu bisa dicapai hanya dengan pertolongan Allah dan tekad yang kuat. Kedua, sumber informasi dalam memperbaiki diri itu adalah al-Quran dan Hadis. Ketiga, meningkatkan kualitas takwa. Tiga poin ini harus dilakukan oleh semua wanita yang hendak menjadi wanita shalihah atau seorang pendidik yang hendak mengarahkan mereka.
Sebagai kelanjutan dari tiga kaidah ini, maka dalam buku setebal 46 halaman ini saat menyebutkan sifat-sifat wanita shalehah selalu didasarkan pada al-Quran dan Hadis. Tidak ada satu sifat pun yang disebutkan dalamnya kecuali terambilkan dari salah satu dua sumber ini.
Sekadar contoh, dalam al-Quran disebutkan, bahwa wanita shalihah itu adalah wanita yang patuh kepada Allah dan menjaga hak-hak suami, baik saat suaminya ada di rumah atau sedang di luar rumah (QS. An-Nisa’: 34). Sedangkan yang disebutkan dalam Hadis, ada riwayat dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai wanita shalihah, lalu beliau menjawab, ‘wanita ketika dilihat akan menyejukkan hati karena budi pekerti yang luhur, menyediakan makanan jika diminta untuk menyediakannya, dan tidak berbuat serong pada harga diri dan harta suaminya.’.
Tentu sebagai karya manusia biasa, karya Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr tidak lepas dari nilai minus. Yaitu, karena semua sifat-sifat wanita shalihah yang disebutkan dalam bukunya itu selalu dilandaskan pada al-Quran dan Hadis, maka penyajiannya pun tidak sistematis. Bahkan, kadang ada sebagian sifat yang disebutkan dua kali karena alasan tadi (didasarkan pada al-Quran dan Hadis).
Namun begitu, nilai minus ini tidak sampai mengurangi bobok kajian buku ini. Penyajian yang tidak sistematis seperti ini karena memang dimaksudkan untuk menjaga validitas data yang disampaikan. Karena walau bagaimanapun juga, informasi yang termaktub dalam al-Quran sudah dijamin qath’iyatuts-tsubut. Begitupun yang ada dalam Hadis, jika memang melalui sanad yang shahih. Oleh karena itu, buku ini tetap bagus untuk dijadikan referensi bacaan. Selamat membaca!
Baca juga: Hukum Menikahi Wanita Yang Ditinggal Mati Suaminya
Baca juga: Bidadari Uhud Prisai Rasulullah SAW