Kelahiran dan Pengaruh Sang Ayah
Said Ramadhan Al-Buthi lahir pada tahun 1929 di Desa Jilka, Pulau Buthan, sebuah kampung yang terletak di bagian utara perbatasan antara Turki dan Irak. Beliau berasal dari suku Kurdi, kabilah yang pernah melahirkan tokoh legendaris, Shalahuddin al-Ayyubi.
Beliau lahir dari sosok ayah yang amat dikaguminya. Pendidikan sang ayah sangat membekas dalam sisi kehidupan intelektualnya. Ayahnya (Syekh Mula Ramadhan Al-Buthi) memang dikenal sebagai seorang ulama besar di Damaskus. Syekh Mula juga sosok ayah yang penuh perhatian dan tanggung jawab bagi pendidikan anakanaknya.
Tersebab kekaguman pada sang ayah, Syekh Said Ramadhan Al-Buthi mengupas biografi kehidupan sang ayah, Al-Fiqh al-Kamilah li Hayah asy-Syekh Mula Al-Buthi min Wiladatihi Ila Wafatihi, Syekh Al-Buthi mengurai awal perkembangan Syekh Mula dari masa kanak-kanak hingga masa remaja saat turut berperang dalam Perang Dunia Pertama. Kemudian menceritakan pernikahan ayahnya, berangkat haji, hingga alasan berhijrah ke Damaskus, yang di kemudian hari menjadi awal kehidupan baru bagi keluarga asal Kurdi itu.
Masih dalam karyanya itu, Al-Buthi menceritakan kesibukan ayahnya dalam belajar dan mengajar, menjadi imam dan berdakwah, pola pendidikan yang diterapkannya bagi anakanaknya, ibadah dan kezuhudannya, kecintaannya kepada orang-orang shalih yang masih hidup maupun yang telah wafat, hubungan baik ayahnya dengan para ulama Damaskus di masa itu, seperti Syekh Abu Al-Khayr Al-Madani, Syekh Badruddin Al-Hasani, Syekh Ibrahim Al-Ghalayayni, Syekh Hasan Jabnakah, dan lainnya, yang menjadi mata rantai tabarruk bagi Al-Buthi.
Riwayat Pendidikan
Said Ramadhan Al-Buthi muda menyelesaikan pendidikan menengahnya di Institut At-Tawjih Al-Islami di Damaskus. Kemudian pada tahun 1953, beliau meninggalkan Damaskus untuk menuju Mesir demi melanjutkan studinya di Universitas Al- Azhar. Dalam tempo dua tahun, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1 di bidang Syariah. Pada tahun berikutnya di universitas yang sama, beliau mengambil kuliah di Fakultas Bahasa Arab hingga lulus dalam waktu yang cukup singkat dengan sangat memuaskan dan mendapat izin mengajar bahasa Arab.
Selulusnya dari Al-Azhar, Al-Buthi kembali ke Damaskus. Beliau pun diminta untuk membantu mengajar di Fakultas Syariah, hingga berturut-turut menduduki jabatan struktural, dimulai dari pengajar tetap, menjadi wakil dekan, hingga menjadi dekan di fakultas tersebut.
Lantaran keluasan pengetahuannya, Beliau dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga penelitian teologi dan agama-agama di universitas bergengsi di Timur Tengah itu. Tak lama kemudian, Al-Buthi diutus pimpinan rektorat kampusnya untuk melanjutkan program doktoral bidang ushul syari’ah di Al-Azhar hingga lulus dan berhak mendapatkan gelar doktor di bidang ilmu-ilmu syariah.
Aktivitasnya sangat padat. Beliau aktif mengikuti berbagai seminar dan konferensi tingkat dunia di berbagai negara di Timur Tengah, Amerika, maupun Eropa. Hingga menjabat anggota di lembaga penelitian kebudayaan Islam Kerajaan Yordania, anggota Majelis Tinggi Penasehat Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan anggota di Majelis Tinggi Senat di Universitas Oxford Inggris.
Penulis Produktif
Al-Buthi adalah seorang penulis yang sangat produktif. Gaya bahasa Al-Buthi istimewa dan menarik. Tulisannya proporsional dengan tema-tema yang diusungnya. Apa yang beliau tulis tidak melenceng dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sumbersumber rujukan, terutama dari sumbersumber rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya.
Akan tetapi bahasanya terkadang tidak bisa dipahami dengan mudah oleh kalangan non-pelajar, disebabkan tingginya unsur falsafah dan manthiq, yang memang keahliannya. Oleh karena itu, majelis dan halaqah yang diasuhnya di berbagai tempat di keramaian kota Damaskus menjadi sarana untuk memahami karya-karyanya.
Buah karya beliau mencapai lebih dari 60 kitab, meliputi bidang syariah, sastra, filsafat, sosial, masalah-masalah kebudayaan, dan lain-lain. Beberapa karyanya antara lain, Al-Mar‘ah Baina Thughyanin-Nizham al-Gharbiy wa Latha‘ifit-Tasyri’ ar-Rabbaniy, Syakhshiyyat Istauqafatni, Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha‘iyah, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah, Hadzihi Musykilatuhum, Wa Hadzihi Musykilatuna, Ma’an-Nas Musyawarat wa Fatawa, Manhajul-Hadharah al- Insaniyyah fil-Quran, Fiqhus-Sirah, dan Al-Hubb fil-Qur‘an wa Daural- Hubb fi Hayatil-Insan.
Membentengi Mazhab yang Empat
Dalam hal pemikiran, Al-Buthi dianggap sebagai tokoh ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang gencar membela konsep-konsep Mazhab yang Empat dan akidah Asyariyah, Maturidiyah, Al-Ghazali, dan lain-lain.
Al-Buthi bukan hanya seorang yang pandai di bidang syariah dan bahasa, beliau juga dikenal sebagai ulama Sunni yang multidisipliner. Beliau dikenal alim dalam ilmu filsafat dan akidah, hafidzul-Quran, menguasai ulumul Quran dan ulumul hadits dengan cermat. Sewaktu-waktu beliau melakukan kritik atas pemikiran filsafat materialisme Barat, di sisi lain beliau juga melakukan pembelaan atas ajaran dan pemikiran Mazhab fikih dan akidah Ahlussunnah, terutama terhadap tudingan kelompok yang menisbatkan dirinya sebagai golongan Salafiyah dan Wahabiyah.
Dalam hal ini beliau menulis dua karya yang mengcounter berbagai tudingan dan klaim-klaim mereka, yakni kitab berjudul Al-La Mazhabiyyah Akbar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’ah al-Islamiyyah dan kitab As-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah wa Laysat Mazhab Islamiyy. Begitu pula hubungannya dengan gerakangerakan propaganda keislaman seperti Ikhwanul Muslimin Suriah yang tampak kurang baik, tentunya dengan berbagai perbedaan pandangan, yang menjadikan ketidaksetujuannya itu tampak dalam sebuah karya yang berjudul Al-Jihad fil- Islam, yang terbit pada tahun 1993.
Dakwah Melalui Media Massa
Di era 1990-an, Al-Buthi telah menampakkan intelektualitasnya dengan menggunakan sarana media informasi, seperti televisi dan radio. Ini demi mengusung pemikiranpemikirannya yang tawassuth (moderat) di tengah gerakan-gerakan ekstremis kanan dan kiri islam yang bermunculan.
Di usianya yang semakin senja, Syekh Al-Buthi masih tetap menulis, baik lewat website yang diasuhnya maupun beberapa media massa dan elektronik lainnya. Buku-buku karya Al Buthi banyak beredar di Indonesia dan karyanya banyak menjadi rujukan. Salah satu bukunya berisi kritik terhadap gerakan kelompok Salafy Wahabi berjudul Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Mazhab Islami.
Beliau wafat dan syahid setelah diserang bom bunuh diri tepat saat beliau mengisi taklim tafsir di Masjid Jamik Al-Iman di Kota Damaskus, Suriah, bakda Magrib Kamis, 21 Maret 2013 M atau bertepatan pada tanggal 9 Jumadal Ula 1434 H.
iya kak