Kids Zaman Now. Berdasarkan salah satu penelusuran, istilah ini viral setelah diunggah oleh akun palsu dengan nama Seto Mulyadi. Sebagaimana jamak diketahui, Seto Mulyadi atau lebih familiar dengan Kak Seto, adalah pemerhati dan psikolog anak yang juga ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia. Istilah ini sebenarnya merupakan guyonan melihat fenomena remaja kini yang sangat tidak wajar dan jauh dari kelaziman. Bagaimana sebenarnya Kids Zaman Now dalam pandangan Tengku H. Bulqini Tanjungan, Pimpinan Markaz Ishlah Al-Aziziyah, Banda Aceh. Ikuti wawancara M. Muhsin Bahri dari Sidogiri media berikut ini.
Fenomena generasi bangsa saat ini sangat menghawatirkan, bagaimana Tengku melihat?
Ini suatu hal yang sangat menyedihkan. Karena generasi muda kali ini sangat menentukan Indonesia ke depan. Bila hancur sekarang, maka akan menghancurkan peradaban bangsa ke depan. Baik dari segi pergaulan, akidah, ataupun sikap nasionalisme mereka.
Sebagai pribadi labil, apa yang seharusnya dilakukan remaja kita, Tengku?
Mereka harus dipilihkan pendidikan yang orientasinya tidak hanya mengarah pada kemajuan teknologi semata. Melainkan juga harus ada pendidikan yang orientasinya pada kemajuan moral bangsa. Harus dipahami, pendidikan yang ada tidak begitu saja melepaskan tanggung jawab orang tua di hadapan Allah. Bila salah memilihkan pendidikan untuk anaknya, itu juga akan dipertanggungjawabkan. Artinya, boleh dikatakan saat ini sekolah formal tidak terlalu menganggap penting pendidikan agama dan memberikan porsi yang sedikit. Maka tidak heran bila banyak anak bangsa yang tidak menghiraukan agamanya. Tidak menghiraukan akidahnya. Mereka hanya fokus bagaimana mendapatkan ijazah. Seharusnya pendidikan kita itu bisa mengimbangi antara akidah dan ijazah.
Tapi ada juga yang mengatakan, kalau hanya fokus belajar agama, kita akan kalah jauh dalam masalah teknologi. Seperti yang terjadi saat ini, Tengku?
Saya pikir tahap awal umat Islam dalam pendidikan mereka adalah masalah agama dengan mengenal Tuhannya. Baru setelah itu dikembangkan dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Di Aceh sini, dulu ada salah satu syekh di kesultanan yang menuliskan kitab bagaimana cara meracik bom. Maka saya tidak percaya ketika ada orang yang belajar agama akan ketinggalan dalam masalah teknologi. Juga salah satu santri di pesantren Masjid Raya Aceh ada yang bisa membuat helikopter tanpa awak. Siapa bilang dengan belajar agama akan ketinggalan teknologi. Saya tidak percaya itu.
Adakah teladan shahabat rasulullah yang sudah gemilang sejak remaja?
Sangat banyak teladan shahabat yang bisa menjadi tokoh teladan bagi kita. Ada Sayidina Ali yang menjadi cendikiawan Muslim sejak muda. Ada shahabat Zaid bin Tsabit yang sudah menjadi panglima perang ketika masih muda. Ada shahabat Salman al-Farisi yang memiliki wawasan dan pemikiran cemerlang sejak muda. Dan masih banyak sekali shahabat yang lainnya. Mereka semua adalah teladan kita. Dari semua prilaku dan keseharian mereka.
Bagaiamana Tengku melihat sistem pendidikan terhadap perkembangan remaja indonesia?
Boleh dikatakan, sistem pendidikan kita di Indonesia masih gagal. Hal ini bisa terlihat dengan mudah dengan melihat output pendidikannya. Di mana hasilnya masih menjadikan banyak koruptor. Banyak hakim lalim yang menerima suap. Itu sudah sangat jelas. Maka sistem pendidikan ala Sidogiri itu sudah bisa menjadi sistem pendidikan percontohan di Indonesia bahkan mancanegara.
Baca juga: Islam Tidak Bisa Dipisahkan dari Arab
Tapi untuk Sidogiri hanya fokus tafaqquh fid-din?
Iya itu bagus, tinggal dicocokkan dan dimodifikasi, lalu disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing tempat. Bisa ditambah pendidikan umumnya. Bisa ditambah ekstrakurikulernya dan lain sebagainya. Yang jelas, pendidikan agama menjadi prioritas dibanding dengan yang lain. Dan buktinya, hasilnya juga sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Maka seandainya dibanding-banding, antara pendidikan formal yang ada di Indonesia dengan pendidikan pesantren yang ada, insya Allah pendidikan pesantren lebih siap untuk menjadikan generasi bangsa yang lebih bermartabat. Menjadikan generasi bangsa yang lebih bermanfaat.
Peran siapa saja yang sangat mempengaruhi perkembangan moral generasi bangsa?
Peran keluarga, orang tua, lingkungan, kemudian pemerintah. Pemerintah ini harus berfikir lebih jauh bagaimana sekiranya pendidikan duniawi ini disertai dengan pendidikan ukhrawi. Maka penting pula umat Islam masuk ke dalam sistem pemerintahan. Karena pendidikan itu dikendalikan oleh sistem. Tapi awas juga. Jangan sampai kita masuk ke dalam sistem pemerintah seperti nelayan yang mencari ikan hiu. Belum dapat kita hiunya, ternyata sampan kita sudah masuk ke mulut hiu. Bahaya itu.