Sebagai salah satu bangunan Islam dengan arsitektur terindah di dunia, pembangunan Taj Mahal tergolong sebagai proyek besar pada masanya. Pengerjaannya melibatkan ribuan penduduk India serta arsitek-arsitek kenamaan dari berbagai negeri. Taj Mahal sendiri berasal dari bahasa Urdu. “Taj” berarti mahkota atau permata, sedangkan “mahal” berarti mahkota atau permata kerajaan.
Pembangunan Taj Mahal dilaksanakan pada zaman kekaisaran Mughal, sebuah kerajaan besar di India. Waktu itu kekaisaran dipegang oleh Shah Jahan yang memiliki nama lengkap Shahabuddin Muhammad Shah Jahan I. Shah Jahan adalah keturunan generasi keempat dan menjadi raja ke-5 dari dinasti Mughal. Ia berkuasa sejak tahun 1627 hingga 1658 M.
Taj Mahal merupakan kompleks bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan taman. Luas lahannya sekitar 22,4 hektar. Di bagian timur ada istana kesultanan Mughal dan di sebelah barat terdapat masjid juga Taj Mahal. Pembangunan Taj Mahal sendiri ditujukan untuk mengenang Arjuman Banu Begum atau yang dikenal dengan nama Mumtaz Mahal (Jewel of the Palace), istri ketiga Shah Jahan. Mumtaz Mahal meninggal saat melahirkan anaknya yang keempat belas pada tahun 1631 M. Demi mengenang istri yang sangat dicintainya itu, Shah Jahan memerintahkan menteri kekaisaran Mughal untuk merancang makam Mumtaz Mahal. Berdasarkan titah kaisar, makam Mumtaz Mahal pun dibangun dalam sebuah istana yang indah di kota Agra, wilayah Uttar Pradesh, di tepi sungai Yamuna. Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1632 M dengan melibatkan sekitar 20.000 orang pekerja dan 1000 gajah untuk mengangkut batu-batu dari pelosok India dan sejumlah negara Asia lainnya sebagai bahan Taj Mahal. Ribuan pekerja ini ditempatkan di pemukiman sebuah kota kecil bernama Taj Ganj. Namun, mereka lebih suka menyebutnya dengan Mumtazabad yang berarti kota Mumtaz.
Baca Juga: Wafatnya Harun Ar-Rasyid dan Awal Mula Konflik Antara Al-Amin dan Al-Makmun
Pembangunan Taj Mahal butuh waktu kurang lebih 22 tahun dan baru selesai pada tahun 1655 M. Para ahli arsitekur, kaligrafi , dan pengrajin batu didatangkan dari berbagai negeri, termasuk arsitek Persia yang bernama Isa Asfi Hani sebgai arsitek utama. Sumber lain menyebutkan bahwa arsitek utamanya bernama Isa Muhammed. Arsitek-arsitek tersebut sengaja didatangkan dari India, Persia, dan Turki untuk mengatur komposisi bangunan agar seimbang sesuai dengan harapan kaisar. Dengan ciri khas Islam, Taj Mahal memadukan corak arsitektur Persia, Ottoman, dan India. Pada saat itu, biaya diperlukan sebesar 32 juta rupee.
Taj Mahal terdiri dari empat menara masjid yang tingginya mencapai 41,2 meter dan kubah utama setinggi 60 meter dari lantai dan berdiameter 17,7 meter. Di puncak kubah tersebut ada hiasan ornamen seperti kuntum bunga teratai terbalik yang membuatnya semakin unik.
Shah Jahan benar-benar menginginkan sebuah monumen filosois tanpa menghapus kesan keindahannya untuk mengenang Mumtaz Mahal. Tidak hanya menggambarkan sejarah lambang cinta seorang raja kepada permaisurinya, Taj Mahal menggabungkan bentuk tradisi seni Persia, dan seni Mughal awal. Inspirasi khusus datangnya dari Dinasti Trimud. Akhirnya Taj Mahal dibangun dengan marmer putih yang didapat dari raja Rajasthan, Afghanistan, Tibet, dan Tiongkok. Menara utama Taj Mahal dihiasi batu pasir merah dari Punjab. Sejumlah batu giok dan kristal didatangkan dari China, batuan turquoise dari Tibet, lapis lazuli dari Afghanistan, batu safir dari Sri Lanka, batu cornelian dari Arab, dan intan dari Panna, India.
Baca Juga: Perang Mu’tah: Kisah Kejeniusan Khalid dan Mukjizat Rasulullah
Selain Asmaul Husna dan ukiran ornamen bercorak Islami, hiasan kaligrafi al-Quran dipilih sebagai elemen dekoratif. Para sarjana kontemporer menunjukkan bahwa bagian-bagian tersebut dipilih oleh seorang kaligrafer Persia yang bernama Abdul Haq yang datang ke India pada tahun 1609 M. Atas jasanya tersebut, Shah Jahan menganugerahinya gelar Amanat Khan.
Keindahan Taj Mahal juga terletak dari simetrisnya. Arsitek perancang Taj Mahal menerapkan prinsip replikasi dan simetri dalam geometri arsitekturnya. Bahkan kesimetrisan ini hampir tidak ditemukan pada masa itu. Hanya satu sudut saja yang tidak simetris dalam bangunan Taj Mahal, yaitu makam Mumtaz Mahal dan Shah Jahan. Makam tidak memliki ukuran sama dengan tujuan untuk membedakan antara makam laki-laki dan perempuan. Atas keindahannya, Taj Mahal pernah masuk sebagai salah satu keajaiban dunia yang diakui oleh UNESCO, organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan bangsa-bangsa.
*Ahmad Sabiq Ni’am/sidogiri