Pembantaian manusia terbesar di era modern. Paling brutal. Paling sadis. Setidaknya begitu menurut Amnesti Internasional. Pembantaian yang dikenal dengan nama Majzaratul-Hamâh atau Hama Massacre terjadi tepat 35 tahun silam. Sebuah operasi militer terbesar yang dilancarkan oleh rezim Syiah Nushairiyah di bawah komando presiden Hafez al-Assad (1971-2000) terhadap gerakan oposisi. Operasi tersebut memakan korban puluhan ribu nyawa penduduk Hama, sebuah kota yang terletak di dekat jantung negeri Suriah, yang penduduknya berjumlah 750 ribu jiwa.

Dimulai pada 2 Februari 1982, operasi itu berlangsung sampai 27 hari berikutnya. Tentara Hafez al-Assad mengepung dan membombardir kota Hamah dengan bertubi-tubi, kemudian merengsek masuk dengan pasukan darat. Tentara rezim melakukan pembantaian brutal yang merenggut nyawa puluhan ribu penduduk sipil tak berdosa. Pemimpin operasi militer ini adalah kolonel Rifaat al-Assad yang tak lain adalah adik kandung Hafez alAssad dan paman dari Bashar al-Assad, presiden Suriah saat ini.

Sumber-sumber Barat menyebutkan bahwa rezim al-Assad telah memberikan kebebasan penuh kepada kekuatan militer untuk melumpuhkan kekuatan oposisi. Dalam operasi militer ini, al-Assad menggunakan pasukanpasukan elit yang dilatih keras, satuansatuan intelijen dan milisi bersenjata untuk menghancurkan kekuatan oposisi hingga ke akar-akarnya.

Meski peristiwa kelam itu terjadi 35 tahun silam, namun hingga saat ini sejumlah organisasi pegiat HAM masih menuntut diadakannya penyelidikan internasional untuk mengungkap peristiwa tersebut, serta menghukum para pelaku yang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan itu.

Baca juga: 25 NOVEMBER 2000, TAYANG PERDANA METRO TV TELEVISI YANG TIDAK RAMAH KEPADA UMAT ISLAM

Latar Belakang dan Detail Peristiwa

Majzaratul-Hamâh adalah puncak dari pertikaian politik antara rezim al-Assad dan Ikhwanul Muslimin, organisasi paling aktif dan keras dalam menolak kebijakan politik junta militer al-Assad.

Rezim al-Assad menuduh al-Ikhwan mempersenjatai beberapa kader dan aktivisnya, serta terlibat pembunuhan dan beberapa tindak kekerasan diSuriah. Salah satu kasus yang selalu diangkat dan diungkit-ungkit oleh rezim adalah pembunuhan terhadap beberapa orang mahasiswa dari sekolah artileri pada bulan Juni 1979 di kota Aleppo (Halab), utara Suriah.

Al-Ikhwan menolak tuduhan tersebut. Mereka menyatakan tidak terlibat sama sekali dalam peristiwa pembunuhan di kota terbesar kedua setelah Damaskus itu. Akan tetapi, rezim al-Assad tetap membubarkan jamaah Ikhwan dan menangkap banyak sekali kader maupun aktivis Ikhwan. Hafez al-Assad lantas mengeluarkan UU no. 49 tahun 1980 yang berisi ancaman hukuman mati atas setiap orang yang berafiliasi kepada organisasi Ikhwanul Muslimin.

***

Pembantaian Hamah berlangsung selama hampir sebulan. Rezim al-Assad menunjuk kolonel Rifaat al-Assad–yang membawahi 12 ribu pasukan–agar mengerahkan pasukannya untuk mengepung dan membombardir kota tersebut. Setelah itu, serangan darat dilancarkan dan pasukan rezim melakukan pembakaran dimanamana. Dilaporkan para pasukan rezim menembaki rakyat sipil secara membabi buta. Diperkirakan korban tewas mencapai 30 ribu hingga 40 ribu orang, mayoritas penduduk sipil yang terdiri dari perempuan, anak-anak, dan penduduk lanjut usia. Di awal operasi militer, dilaporkan sudah ada sekitar 10 ribu penduduk yang menghilang.

Banyak distrik yang dibumihanguskan dan rata dengan tanah. 88 masjid dan 3 gereja hancur. Sekitar 100 ribu jiwa harus mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Untuk mencegah protes massa dan tekanan dari dunia luar, pemerintah menyumbat seluruh saluran informasi dan komunikasi, juga menutup akses transportasi masuk dan keluar kota.

***

Tragedi kelam itu membuat masyarakat Suriah trauma. Sehingga, tidak pernah terjadi ada aksi protes massa terhadap pemerintah sejak saat itu. Maka tak heran jika penerus Hafez al-Assad, yaitu Bashar yang tak lain adalah anaknya sendiri, dengan leluasa meneruskan politik tangan besi ala ayahnya.

Pemerintahan diktator Dinasti al-Assad yang beraliran Syiah Nushairiyah semakin mempertegas permusuhan sekte Syiah terhadap umat Islam, sekaligus memperkuat fakta bahwa watak kejam dan pengkhianat senantiasa melekat dalam sekte ini.

Syiah Nushairiyah sendiri kemudian berganti nama menjadi Syiah Alawiyah. Tentunya untuk mengelabuhi umat Islam dan mengesankan bahwa sekte ini dekat dengan Ahlu Bait. Sekte Nushairiyah saat ini diperkirakan memiliki 1,5 juta penganut, hampir semuanya menetap di Suriah.

Sekte ini dikenal sebagai salah satu aliran Syiah yang cukup sinkretis karena mudah menyerap doktrin agama lain di sekitarnya, seperti Kristen, Zoroaster, hingga paganisme. Sama seperti beberapa sekte Syiah lainnya, Syiah Nushairiyah memiliki keyakinan reinkarnasi, yaitu pada saat seseorang meninggal dunia, ia dapat merubah wujud menjadi makhluk lain.

Nama Nushairiyah sendiri dinisbatkan kepada Muhammad bin Nushair, salah seorang pengikut Imam Hasan al-Askari, imam ke-11 menurut kepercayaan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.

Dari berbagai sumber.

Moh. Yasir/sidogiri

Spread the love