Cemburu dikenal dalam bahasa Arab sebagai ghirah dan dalam bahasa Inggris disebut jealousy. Merupakan gejala fi trah, wajar dan alamiah dari seseorang sebagai rasa cinta, sayang dan saling memiliki, melindungi (proteksi) dan peduli.
Cemburu berjuta rasanya, ada benci, sebel, marah tapi juga rindu. C MusliMAH Cemburu dianggap hal yang wajar hadir dalam hubungan pernikahan. Bahkan sebagian orang menganggapnya sebagai bumbu pernikahan. Cinta tanpa adanya cemburu, bagaikan sayur tanpa garam, akan terasa hambar.
Cemburu adalah refl eksi dari rasa cinta yang bersemayam dalam hati. Ketika kita mencintai pasangan kita, maka akan muncul perasaan ingin memiliki selamanya. Perasaan yang wajar dan alamiah adanya.
Ajaran Islam yang agung, menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki rasa cemburu. Rasa cemburu yang melahirkan sikap menjaga dan menjauhkan pasangannya dari perbuatan terlarang. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad.
“Tiga golongan manusia yang Allah mengharamkan surga bagi mereka yaitu pecandu khamr, orang yang durhaka kepada kedua orang tua dan dayyuts, yang membiarkan kefasikan dan kefajiran dalam keluarga.” (HR. An Nasai).
Dayyuts yaitu suami atau laki-laki yang tidak memiliki kecemburuan kepada istri dan keluarganya. Sehingga membiarkan perbuatan keji terjadi di tengah keluarganya. Suami tidak membatasi pergaulan istrinya, sehingga sulit untuk dikontrol. Suami tidak peduli dengan apa yang dilakukan istri. Sehingga istrinya terjerumus pada perbuatan yang dilaknat Allah.
Allah sangat membenci orang seperti ini, sampai tidak diperkenankan untuk memasuki surga-Nya. Apabila suami memiliki tabiat seperti ini maka kerusakan akan merajalela. Suami adalah pemimpin keluarganya, yang seharusnya memberikan arahan dan bimbingan untuk anggota keluarganya.
Petaka Cemburu Buta
Cemburu adalah tandanya cinta, tapi jika berlebihan yang melahirkan cemburu buta akan mendatangkan petaka. Siapa yang akan senang jika terus-terusan dituding dan dicurigai. Akan timbul perasaan tidak nyaman, bahkan timbul perasaan direndahkan. Jika cemburu sudah berlebihan maka akan mengganggu hubungan antara suami dan istri. Cemburu seperti ini tidak akan melahirkan cinta, tetapi justru akan mengobarkan api permusuhan.
Dengan cemburu yang berlebihan juga mengindikasikan tidak adanya sikap saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Sehingga, dengan timbulnya gejolak hati yang kuat beserta tudingan-tudingan negatif yang ditumbuh dari rasa cemburu yang berlebihan berakibat muncul perasangka-perasangka jelek yang berakar pada sebuah pertengkaran. Jika hal ini terus menerus terjadi, pertengkaran tidak bisa dibendung lagi, maka sangat rentan terjadinya perceraian. Padahal penilain-penilaian subjektif terdebut hanya keluar dari sikap yang tidak saling mempercayai antara satu dengan yang lain dan ia pun sudah tidak bisa mengendalikan diri karena emosi.
Dalam ajaran Islam sendiri menganjurkan untuk memiliki rasa cemburu kepada pasangan. Cemburu yang dilandasi kecintaan kepada Allah dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Kecemburuan yang berlandaskan pada hasil pemikiran yang jernih, bukan hasil prasangka yang jauh dari kebenaran dan penilaian sumbang yang tidak objektif.
Rasa cemburu dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah cemburu yang merupakan fitrah manusia. Cemburu bersifat netral yang dapat menjaga dan melindungi harga diri dan keluarga dari tindakan pencemaran citra atau sikap melampaui batas. Cemburu seperti itu dianggap akhlak mulia yang patut dimiliki oleh setiap orang beriman. Kedua adalah cemburu buta, cemburu yang merugikan, dibenci dan terlarang, yaitu rasa cemburu tanpa alasan yang selalu menyiksa jiwa. Ketika pikiran sedang dikuasai prasangka buruk, dapat saja kita menuduh orang yang tidak bersalah.
Untuk mempererat jalinan cinta yang sudah terbina, cemburu yang pertama atau disebut juga cemburu romantis diperlukan. Yaitu cemburu yang berdasarkan rasa cinta, bukan karena landasan emosi. Cemburu yang terbingkai dengan cinta akan melahirkan sikap saling menjaga dan mengingatkan. Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, tidak bisa selamanya benar. Maka perlu ada orang yang mengingatkan.
Cemburu romantis ini akan semakin mempererat jalinan cinta. Karena ketika dicemburui, pasangan akan merasa lebih dicintai dan lebih diperhatikan. Hati akan berbunga-bunga ketika pasangan memberikan perhatian dan menunjukan rasa cemburunya dengan sikap yang santun. Disampaikan dengan perkataan yang baik dan bahasa tubuh yang lembut, tidak ditunjukan dengan meluap-luap penuh angkara.
Sebagai inspirasi kisah cinta lain, para muslimah yang cantik hatinya, ia pun akan meneladani kisah Siti Aisyah y yang juga memiliki segudang cerita tentang kecemburuan dalam membina rumah tangga bersama Rasulullah hingga Aisyah dikatakan sebagai istri Nabi yang paling pecemburu. Rasa cemburu ini juga ditimbulkan karena Aisyah merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Nabi.
rumah Aisyah setelah mengiring jenazah ke makam Baqi’. Ketika Aisyah mengeluh tentang rasa sakit di kepalanya, Rasulullah juga mengeluhkan hal yang sama, tapi beliau bercanda untuk mencairkan suasana dengan berkata, “Apa salahnya bila engkau meninggal duluan sebelumku, sehingga aku sendirilah yang akan memandikanmu, lalu mengafanimu, selanjutkan menyolatimu, dan aku pula yang akan menguburkanmu.”
Mendengar candaan Rasulullah, Aisyah menjawab, “Sungguh aku mengira, bila hal itu terjadi, maka aku sudah bisa bayangkan bahwa sepulangmu ke rumahku dari menguburkanku niscaya Engkau segera bersenang-senang dengan sebagian istrimu yang lainnya di rumahku ini.”
Sedang Rasulullah hanya tersenyum mendengar nada cemburu Aisyah ini (HR. Ahmad). Bahkan, Aisyah diketahui selalu merasa cemburu pada Khadijah binti Khuwalid, istri Nabi yang belum pernah ia jumpai. Sebuah hadis menuliskan tentang kisah ini.
“Tidaklah aku lebih cemburu kepada istri-istri Nabi, kecuali kepada Khadijah, meskipun aku belum pernah bertemu dengannya.” Aisyah pun menceritakan ketika Nabi menyembelih seekor kambing, Nabi pun berkata, “Berikanlah sebagian sembelihan ini kepada temanteman Khadijah.” Maka aku pun kesal dan berkata, “Khadijah lagi?” Nabi pun menjawab, “Sesungguhnya aku diberikan anugerah yang lebih untuk mencintai Khadijah.” (HR. Muslim).
Wanita mana yang rela kekasihnya jatuh ke pangkuan wanita lain. Namun sikap wanita yang memberi kepercayaan totalitas kepada kekasihnya adalah peluang besar baginya untuk mendapatkan kasih sayang yang penuh dan memberi peluang besar bagi kekasihnya supaya berinovasi dan lebih konsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dan keingingan istri. Juga dengan memberi kepercayaan penuh kepada suami memungkinkan suami akan berpikir beribu kali untuk mendua. Insyaallah.
Faiz Jawami’ Amzad/sidogiri