Ada orang liberal yang memuji-muji sistem sekularisme setinggitingginya, seraya membandingkan dengan sistem Islam. Ia mengatakan bahwa, “Sekularisme jauh lebih baik ketimbang Islamisme, karena sekularisme melindungi, menghormati, dan toleran terhadap kaum agama, termasuk umat Islam. Sementara Islamisme tidak mampu melindungi, menghormati dan toleran terhadap kaum sekuler, dan bahkan terhadap kaum agama itu sendiri.” Bagaimana kita menanggapi pernyataan seperti itu?

Jawaban

Pernyataan seperti ini adalah keliru karena dua alasan;

Pertama, mengatakan bahwa Islam tidak bisa melindungi, menghormati, dan toleran terhadap kaum sekuler jelas jauh dari kebenaran. Bagaimana bisa itu terjadi, sedang Islam adalah satu-satunya agama yang punya konsep menghormati terhadap bani Adam, apapun suku, warna kulit, dan agamanya. Allah berfirman (artinya), “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”. (QS. Al-Isra’: 70). Karena itu tidak ada ceritanya umat Islam tidak toleran kepada orang sekuler. Jangankan orang sekuler yang mungkin ia masih Muslim, orang berbeda agamapun mendapat perlindungan dan pengayoman luar biasa di bawah pemerintahan Islam, sebagaimana bisa kita baca dalam sejarah.

Karena itu, mengatakan Islam tidak bisa toleran kepada orang sekuler jelas sesat dan menyesatkan. Islam menjamin kebebasan setiap orang untuk memeluk keyakinan masing-masing, dan Islam melarang keras memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Dinyatakan dalam al-Quran (artinya), “Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah: 256). Nah, jika keyakinan yang merupakan prinsip yang paling mendasar bagi masing-masing manusia dijamin kebebasannya oleh Islam, maka toleransi macam apa yang lebih hebat dari yang dimiliki Islam itu? Sungguh tidak ada.

Namun, jika suatu kelompok sudah tidak taat pada aturan berkeadilan yang telah ditetapkan Islam dan sudah disepakati bersama, maka tak ada alasan bagi pemerintah Islam untuk tidak menghukum mereka, misalnya bagaimana beberapa suku Yahudi yang diperangi dan diusir oleh Nabi dari Madinah, hal tersebut lantaran mereka berbuat makar, berkhianat, atau memprovokasi kaum kafir Quraisy untuk memerangi umat Islam. Maka untuk menjaga stabilitas negara, hukum harus ditegakkan, dan komunitas Yahudi itu harus dihukum. Adapun sebelum itu, mereka hidup tenteram di bawah naungan negara Islam. Bahkan, jika urusannya adalah makar, pengkhianatan atau mengganggu stabilitas negara, jangankan orang non-Muslim yang melakukannya, umat Islam pun jika melakukan hal yang sama juga akan diperangi oleh pemerintah Islam, karena termasuk kategori pembangkangan (bughat).

Baca juga: Apakah Cadar Budaya Arab?

Kedua, mengatakan sekularisme bisa toleran terhadap umat beragama adalah omong kosong. Misalnya, Turki selama puluhan tahun menerapkan konsep sekularisme, tapi malah menjadi negara yang terpuruk, umat Islam dilarang berpakaian Islami, diwajibkan berpakaian ala Barat, dilarang menampakkan simbol-simbol Islam, dan semacamnya. Maka, di manakah toleransi jika demikian yang terjadi? Kemudian bagaimana di dunia Barat saat ini? Apakah lebih baik? Sama sekali tidak. Sudah sangat banyak negara-negara di Barat yang melarang hijab, burqa, menara masjid, pengeras suara masjid, dan syiar-syiar Islam lainnya, yang menunjukkan betapa sekularisme tidak pernah bisa bertoleransi dengan agama, terutama agama Islam.

Spread the love