Pada saat kemarin ramai perihal film The Santri, ada seorang alumni pesantren menulis di akun Facebook-nya, sebagai berikut: “Kalau film The Santri tidak boleh tayang karena mengandung unsur maksiat, maka pertandingan sepak bola juga tak boleh tayang karena rata-rata para pemain, pahanya kelihatan.”
Tampak dari pernyataan di atas, sepertinya pemilik akun menyayangkan kritik dari para netizen yang diarahkan pada film tersebut, sebab mereka tidak mengkritik tontonan-tontonan lain yang juga mengandung unsur maksiat, seperti sepak bola. Bagaimana kita menanggapi narasi seperti di atas?
Jawaban
Baca Juga: Surga Itu Gak Penting!
Perlu diketahui, bahwa rata-rata kritik terhadap film The Santri itu datangnya dari orang-orang pesantren, bukan dari pihak lain. Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang pesantren menyayangkan dan bahkan marah dengan film itu, karena terdapat sisi-sisi yang telah melenceng dari ajaran pesantren tapi dikesankan seolah-olah itu adalah bagian dari pesantren, seperti bertemunya santri laki-laki dan perempuan, serta masuknya santri ke dalam gereja dengan membawa tumpeng.
Dengan demikian, artinya kritik tersebut muncul dari perasaan cinta, memiliki dan tanggung jawab. Bahwa orang-orang pesantren adalah yang paling tahu tentang pesantren, mereka sangat mencintai pesantren dan merasa pesantren sebagai bagian yang tak terpisahkan dari mereka. Karena itu ketika ada orang lain mengatakan sesuatu tentang pesantren tapi berbeda dengan apa yang mereka ketahui dan alami, tentu mereka akan bereaksi, sebagai bentuk tanggung jawab dari mereka.
Baca Juga: Jangan Terlalu Serius Beragama
Karena itu, kritik masyarakat pesantren terhadap film itu tidak boleh dibenturkan dengan diamnya mereka terhadap tontonan-tontonan lain yang tak ada hubungannya dengan pesantren. Misalnya pertandingan sepak bola. Sebab kita tahu tak ada klub sepak bola yang mengajarkan batasan aurat atau mengaji kitab Fikih dan Akhlak. Ini jelas berbeda dengan pesantren, yang jelas mengajarkan syariat Islam dan akhlak. Tentu kita tak bisa hanya diam ketika pesantren digambarkan tak sesuai dengan apa yang diajarkan di dalamnya.
Maka dari itu, ide pemilik akun di atas yang meminta kita agar memaklumi kemaksiatan yang terjadi dalam film The Santri disebabkan kita tak mengkritik kemaksiatan dalam pertandingan sepak bola, adalah ide yang sesat karena ia gagal paham terhadap akar masalah dari persoalan yang sedang dibicarakan. Karena siapapun yang membikin tayangan mengandung unsur kemaksiatan, kita sebagai umat Islam tetap wajib ingkar. Sebab jika tidak ingkar, berarti ada masalah dengan keimanan kita. Hanya saja jika yang melakukan kemaksiatan itu masih menjadi bagian dari kita, tentu sudah seharusnya kita memberikan reaksi yang semestinya.