Dalam suatu pengajian umum, seorang tokoh kebudayaan memberikan kuliah tentang hakikat ibadah, dan bagaimana seharusnya ibadah itu ditunaikan oleh setiap hamba Allah, yakni harus ikhlas dan murni karena Allah, bukan untuk kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan yang lain. Bahkan, tokoh itu menyatakan bahwa dalam ibadah tidak boleh menginginkan apapun, termasuk surga. Karena kalau orang beribadah masih menginginkan surga, berarti ibadahnya tidak murni. Tokoh itu pun kemudian memunculkan pernyataan yang selanjutnya tersebar dan viral di sosial media: “Surga itu gak penting! Fokuskan dirimu hanya pada Tuhan.” Bagaimana kita menanggapi pernyataan seperti itu?
Jawaban
Setelah kita meyakini dengan sepenuhnya bahwa Allah adalah satusatunya Tuhan yang berhak untuk disembah, sedangkan kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang wajib menyembah kepada-Nya, maka hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah beribadah kepada Allah dengan landasan keyakinan tersebut. Artinya, dalam beribadah kepada Allah, kita harus ikhlas karena Allah semata, di mana kita beribadah kepada Allah karena Dia adalah Dzat yang wajib kita sembah, sedangkan kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang wajib beribadah kepada-Nya. Jadi kita beribadah kepada Allah bukan karena faktor-faktor lain, termasuk surga dan neraka.
Tonton Videonya Di Youtube !!!
Karena itu, jika ada orang yang beribadah kepada Allah karena faktor ingin surga dan menghindar dari neraka, atau karena faktor pahala dan menghindar dari siksa, yang seandainya jika ia tahu bahwa ibadahnya tidak akan menghasilkan pahala dan tidak bisa menghindarkannya dari siksa ia akan berhenti beribadah kepada Allah, maka ia bukan orang Mukmin juga bukan Muslim. Karena dengan begitu pada hakikatnya dia sudah menyatakan tidak menyembah kepada Allah, melainkan beribadah pada surga.
Namun demikian, kendati yang melandasi ibadah kita kepada Allah adalah keyakinan seperti di atas, bukan berarti ketika kita beribadah kepada Allah tidak boleh mengharap pahala dan surga serta dilarang menghindar dari siksa neraka. Justru (di samping asas keimanan di atas) kita wajib menginginkan surga karena Allah telah mengiming-imingi kita dengan surga itu agar kita beribadah kepadaNya. Kita juga wajib takut dan mohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka karena Dia telah mengancam kita dengan siksa neraka itu. Inilah bentuk ibadah dan sifat kehambaan yang sempurna kepada Allah (kamâlul- ‘ubûdiyyah).
Oleh sebab itu para ulama mengatakan, bahwa kata-kata seperti “Surga itu tidak penting!” itu adalah kata-kata orang bodoh (aghbiyâ’) yang tidak mengerti tentang hakikat dan adab dalam beribadah kepada Allah I, sehingga kita tidak boleh terpengaruh atau menyetujui kata-kata seperti itu. Karena di dalam kata-kata itu terkandung sikap meremehkan terhadap surga yang sudah diiming-imingkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.