Semenjak diusir dari surga, Iblis mulai mengikrarkan dirinya untuk mengganggu anak Adam. segala cara bakal dilakuan agar tugas yang diemban manusia sebagai khalifah di bumi tidak dapat berjalan mulus. Mulai dari tabiat, keyakinan, bahkan jasmani tak luput dari tipu daya dan gangguan setan.
Namun manusia sebagai obyek serangan, terkadang tidak menyadari bahwa dirinya telah terperangkap setan. Sebagian manusia bahkan terlena dengan kenikmatan dan janji indah yang mereka bisikakan. Adanya perasaan dengki dalam diri kita, kemampuan menyihir pada diri sebagian orang, atau fenomena kesurupan adalah contoh kecil efek gangguan setan yang mudah ditemui di masyarakat.
Demikian, bisa mungkin karena ketidaktahuan untuk mendeteksi secara dini pengaruh setan pada dirimanusia atau karena keimanan yang telah berhasil ditundukkan. Membentengi diri dengan selalu menjaga stabilitas keimanan, serta mengetahui hal ihwal tentang eksistensi setan penting diusahakan guna mengimbangi godaan-godaan mereka.
Pada dasarnya beberapa referensi salaf untuk menanggulangi janji iblis ini bisa dengan mudah didapatkan dalam kitab syuruhul-hadits pada bab tertentu. Namun di sini penulis tertarik untuk meresensi sebuah kitab yang ditulis tahun 1414 H oleh Abi Ubaidah Mahir Bin Shâlih Al Mubârak dengan judul Fathul-Mughîts fis-Sihr wal-Hasad wa Massi Iblis.
Berangkat dari dua firman Allah yang disampaikan dalam surat alHasyr ayat 16 dan surat al-Anfal ayat 48 Syeikh Abi Ubaidah lantas menulis kitab Fathul-Mughists. Beliau berpandangan bahwa pada hakikatnya hidup manusia adalah sebuah pergulatan antara manusia dan setan. Setan selalu mengusahakan kesesatan untuk umat manusia, maka manusia harus melawannya dengan mengenal musuhnya dahulu. Di ahir muqaddimah kitabnya beliau menegaskan, “Termasuk kewajiban seorang Muslim yang hendak meloloskan diri dari godaan setan adalah mengetahui musuhnya (setan) dengan baik agar tidak jatuh dalam perangkapnya”.
Secara garis besar hanya ada tiga topik yang menjadi fokus dalam kitab ini, namun menariknya dengan tiga topik tersebut Syeikh Abû Ubaidah sebenarnya sudah menjelaskan seluruh titik-titik serangan setan yang perlu diwaspadai. Pertama hlm. 15-52 beliau mengawali kitabnya dengan menjelaskan tentang penyakit hati berupa hasud, yakni titik yang paling rentan digoda oleh setan, Kedua hlm. 55-112, berbicara masalah titik serangan setan yang terjadi karena ada usaha dari manusia, dan pada topik yang ketiga hlm. 115-156 Abû Ubaidah membahas tentang asshar’u (kesurupan); serangan setan yang dilakukan secara langsung pada fisik manusia.
Baca juga: Solusi Memantapkan Tradisi Pendahulu
Sekalipun kajian dalam kitab ini terbilang berat, karena beliau menggunakan motode tahlili dalam setiap pembahsannnya, namun cara penyajian kitab yang sistematik dan senada pada setiap fasal menjadikan kitab ini tersa lebih ringan bagi setiap pembacanya. Semisal dalam pembahsan sihir, beliau mebuka pemaparannya dengan takrif secara lughatan, istilahan, dalil-dalil sihir, macam-macamnya, dan pada akhrinya ditutup dengan solusi mengatasinya. Yang demikian beliau lakukan pada semua topik.
Selain itu contoh-contoh yang dipaparkanpun banyak kita jumpai dalam keseharian, seperti sihir agar seseorang tidak mempeorleh pasangan, sihir cinta dan lain sebagainya. Dalam hal ini Ab6u Ubaidah menganjurkan korban untuk diberikan Habbatus-sauda’ yang telah dibacakan doa yang tidak memusyrikan. Demikian karena beliau berlandaskan pada hadits shahih riwayat al-Bukhâri:
ان النبي صلى الله عليه وسلم قال: في الحبة السوداء شفاء من كل داء الا السام
“Sesungguhnya Nabi Muhammad bersabada: di dalam habbatus-sauda terdapat kesembuhan dari semua penyakit kecuali mati” (HR. Bukhâri)
Satu lagi keistimewaan kitab ini, ketika pembahsan menyentuh pada konten-konten yang agak menyulitkan pembaca sepeti khilafiyah, keserupaan pembahasan, dan hal-hal kecil yang sering terlupakan pembaca, maka beliau akan membuat bab khusus yang dibingkai dengan judul tanbihun (peringatan), ma’lumat (perhatian) dan faidatun (faidah). Untuk selebihnya, pada dua pasal terakhir kitab ini berisi tentang dalil-dalil penggunaan mantramantra syar’i (ruqiyah syariyah) dan hal-hal yang harus diusahakan untuk membentengi rumah dari setan.
Abdul Hamid/sidogiri