Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial insiden seorang pembimbing umrah menuntun jemaahnya membacakan Pancasila di tengah-tengah ibadah Sa’i. Sambil berjalan dan berlari-lari kecil tujuh kali dari Safa ke Marwa. Nah, Kejadian serupa kembali terulang. Kali ini melibatkan anggota Ansor dan Banser. Mereka menyanyikan lagu Syubbânul Wathân dengan lantang saat menjalankan rukun ibadah Sa’i. Video ini viral setelah diposting oleh politisi PSI, Guntur Romli di Twitternya. Saya tertarik mendiskusikan.

Hubbul wathan minal iman. Cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Ya, itu adalah doktrin Islam pada umatnya. Agar mereka mencintai bumi dan laut di mana matahari hadir menyapa mereka untuk kali pertama.

Dengan demikian, hubbul wathan adalah doktrin kolektif yang cara pengaplikasiannya berbeda, karena tanah air mereka pun berbeda. Umat Islam terpisah dengan garis teritorial dan batas goegrafis yang berbeda pula.

Bagi orang Indonesia, hubbul wathan bisa diaplikasikan dengan menjaga tradisi dan budaya warisan para leluhur, kental dengan adat ketimuran, berbusana batik, ramah, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan sebagainya. Maka bagus bila doktrin ini terus ditanamkan dalam segenap jiwa Bangsa Indonesia. Inilah hubbul wathan Indonesia.

Namun, kita harus sadar bahwa bangsa di luar Indonesia juga punya doktrin kolektif yang sama. Mereka juga didokrin untuk cinta tanah air mereka masing-masing. Maka akan ada hubbul wathan Amerika, hubbul wathan Arab Saudi, hubbul wathan Mesir dan seterusnya. Bahasa singkatnya, “Cintai almamater masing-masing.”

Masalahnya, kadang fanatik buta membuat seseorang berlebihan (ghuluw) dalam mengekspresikan cintanya. Mereka kadang lupa, bahwa ada sebuah kondisi di mana tidak membawa almamater masing-masing justru lebih baik. Mengedepankan persamaan dari pada perbedaan. Indonesia, misalnya, dengan kemajemukannya lebih baik memilih Bhineka Tunggal Ika dari pada fanatik kesukuan.

Baca juga: Fakta Pendidikan Jaman Now

Maka perspektif saya, Anda boleh berbeda, sangat lucu apabila ada jamaah haji atau umroh melantunkan lagu Hubbul Wathan di Arab sana. Di tengah Jamaah haji yang berasal dari pelbagai negara. Karena lagu ini adalah almamater yang seharusnya cukup sebagai doktrinasi bangsa Indonesia sendiri. Akan sangat lebay bin alay bila salah menempatkannya. “Perkara yang baik, bila salah penempatannya, justru akan banyak mendapatkan cercaan.” Setidaknya begitu para ulama menyampaikan.

Terlebih, dalam ritual tersebut sudah ada aturan-aturan jelas yang disampaikan Baginda Rasulullah. Wirid warid yang dibaca ketika hendak melakukan Sai, ketika berada di atas bukit Shafa, ketika berada di antara dua pilar, ketika medekati bukit Marwa, dan seterusnya.

Andai kita semua sadar, sesungguhnya salah satu kunci sukses perjuangan Rasulullah di Madinah, adalah mampu menempatkan almamater para shahabat dengan benar. Ada kalanya almamater Muhajirin-Anshar yang dikenakan. Seperti ketika Rasulullah mengadakan perlombaan memanah di antara mereka. Tapi ada kalanya almamater Islamlah yang justru lebih baik ditonjolkan. Seperti ketika musuh Islam datang menghadang. Wallahu A’lam.

M. Muhsin Bahri/sidogiri

Spread the love