At-Taftazani merupakan penyokong teologi al-Maturidi. Sebagaimana lazimnya, sebuah mazhab menjadi kuat dan kokoh bukan hanya karena ketokohan pencetusnya tapi juga karena dukungan para pengikutnya yang kehebatannya juga tak jauh beda dengan pencetusnya. Misalnya mazhab teologi al-Asy’ari mendunia lantaran ada pendukung-pendukung terkenalnya semisal Abu Bakar Al-Baqillani dan Imam Al-Juwaini.

Ketokohan at-Taftazani dalam bidang ilmu kalam karena menempa dan belajar kepada tokoh-tokoh terkemuka dan kaliber dunia, seperti ‘Addhuddin al-Iji, Qutbudin Muhammad ar-Razi, dan Nasimudin Abu A’bdillah an-Naisaburi.

Nama lengkapnya adalah Sa’duddin Mas’ud bin Umar bin Abdillah at-Taftazani. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahirannya, ada yang mengatakan pada 712 ada juga 722 di Kota Taftazan sebuah desa yang berada di Khurasan, yang pasti beliau adalah ulama yang lahir pada abad ke tujuh hijriah.

At-Taftazani termasuk ulama akademisi. Karya-karnya dalam berbagai disiplin ilmu banyak mewarnai pemikiran ulama di masanya dan menjadi kontribusi bagi dunia dan bagi Islam khususnya. Beliau sudah produktif menulis saat masih berusia 16 tahun. Usia yang mustahil menelurkan karyakarya berbobot bagi anak zaman now.

Pada usianya yang belia itu, at-Taftazani menulis buku yang berjudul az-Zanjaniyah dan kelar pada Bulan Syaban 738 H, setelah itu menulis Kitab at-Talkhis al-Kabir yang rampung pada Bulan Shafar tahun 748 H, lalu menulis Syarhut-Taudhih yang diselesaikan pada Dzulkadah 758, Syarah ‘Aqaid an-Nasafiyah pada Syaban 768, lalu Kitab Hasyihah Adduddin selasai pada Dzulhijjah 770, dan Kitab Risalatul-Irsyad selesai pada tahun 774. Kitabkitab ini beliau tulis saat berada di Kota Khawarizmi.

Kepandaian dan produktifitas atTaftazani ini merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Semua ilmu yang beliau miliki tidak sama dengan ilmuan pada umumnya yang dicapai dengan jalan bersusah-payah. Bisa dikatakan, ilmu at-Taftazani merupakan tuangan langsung dari Allah via Rasulullah, atau yang popular dengan istilah ilmu ladunni.

Syahdan, ketika berguru kepada Imam Adduddin, at-Taftazani termasuk murid yang paling bodoh, otaknya sama sekali tak bisa menangkap apalagi sampai mencerna keterangan gurunya. Kendati belajar, tapi tetap saja tidak bisa. Artinya, diasah seperti apapun, otak beliau tetap tumpul, tidak tajam. Namun, hal itu tidak menciutkan nyalinya untuk terus belajar.

Suatu saat, ia diajak oleh seseorang untuk segera bangkit dari keterpurukannya dan melakukan pengembaraan ilmiah bersama rombongan orang itu. Namun, sampai tiga kali diajak dia tetap tidak mau, karena ia sadar tidak memiliki kemampuan sebagaimana murid Adduddin yang lain. Pada akhirnya, karena beliau didesak, terpaksa merespon ajakan itu. Ternyata rombongan yang dimaksud orang tak dikenal itu adalah kafilah yang dipimpin oleh Rasulullah . Melihat ada Rasulullah di tengah-tengah mereka, at-Taftazani langsung mengampirinya dan tersenyum. Rasulullah pun membalas senyumannya. Singkat cerita, kemudian Rasulullah meludahi mulut at-Taftazani lalu ia disuruh pulang untuk menyebarkan ilmunya. Demikianlah, asal-usul kealiman at-Tafzani yang jarang diperoleh oleh manusia pada umumnya.

At-Taftazani hidup bertepatan dengan pemerintahan Timur Leng. Karenanya, ketika beliau mukim di Sarhus, Timur Leng memintanya untuk berkhidmah di sana, kemudian ia pindah ke Samarkand. Tokoh ilmuan semasanya ialah Sayid al-Jurjani. Konon, terjadi pertikaian pengaruh yang disebabkan adanya perselisihan mazhab dan juga masalah politik kala itu. Dikatakan kematiannya Al-Taftazani 792 berhubung dengan perdebatan ilmiah antaranya dengan Al-Jurjani yang dihadiri oleh Timur Lang yang dimoderatori oleh Nu’manuddin al-Khawarizmi, tokoh Muktazilah. Kematiannya secara mengejutkan, lalu dikebumikan di Samarqand.

At-Taftazani diterima sebagai salah seorang ulama terpenting di dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang teologi. Pendekatannya digunakan dalam pengajian dan sebagai pegangan akidah Islam dari timur hingga ke barat. Ibn Khaldun memuji At-Taftazani di dalam Buku al-Muqaddimah dalam bab Ilmu-Ilmu Logika. Ibnu Khaldun menuturkan:

“Saat di Mesir aku melihat berbagai jenis karya yang dihasilkan oleh pengarang ulama Hirrah, Negeri Khurasan, yang terkenal dengan nama Sa’duddin at-Taftazani yang mumpuni dalam bidang ilmu Kalam, Usul Fiqh, Bayan, dengan penyaksian bahwa dia mempunyai keilmuan yang luas dalam bidang-bidang ini. Di samping itu, beliau juga banyak mutala’ah ilmu-ilmu hikmah dan ilmu logika”.

Baca juga: Sang Pengembali Pamor Islam di Mata Dunia

Berikut nama-nama kitab karya atTaftazani dalam berbagai disiplin ilmu:

  1. Bidang Mantiq (Logika)

a) Sharh al-Risalah al-Shamsiyyah

b) Tahdhib al-Mantiq wa al-Kalam

  • Bidang Nahu dan Saraf

a) Sharh Tafsir al-`Uzza

b) Kitab al-Irshad

c) Kitab al-Isbah fi Sharh Dibajat al-Misbah fi al-Nahwi

d) Tarkib al-Jalil

e) Kitab Qawanin al-Sarf

  • Bidang Fiqh

a) Al-Miftah

b) Sharh Talkhis al-Jami` al-Kabir

c) Al-Fatawa al-Hanafiyyah

d) Takmilah Sharh al-Hidayat li al-Saruji

e) Sharh Khutbat al-Hidayat

f) Sharh al-Sirajiyyat fi al-Mirath

  • Bidang Tafsir

a) Kashf al-al-Asrar wa Iddat al-Abrar

b) Hashiyat `ala al-Kashshaf

  • Bidang Ilmu Bayan

a) Sharh al-Takhlis al-Mutawwil au Sharh al-Mutawwil

b) Mukhtasar Sharh Talkhis al-Ma`ani

c) Sharh al-Qism al-Thalith Min Miftah al-`Ulum

  • Bidang Usul al-Fiqh

a) Al-Tarikh ila Kashf Haqa`iq al-Tankih

b) Sharh Sharh al-Mukhtasar fi al-Usul

Demikianlah flashback mengenai riwayat imam besar yang produktif menerbitkan karya-karya ilmiah yang manfaatnya bisa tetap kita rasakan sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat menjelang. Kitab dalam bidang ilmu kalam yang bertajuk Syarah Aqaid an-Nasafiyah sebagai komentar dari bukunya Imam Umar an-Nasafi sering dijadikan rujukan utama bagi para ulama NU yang masih konsisten dengan ke-NU-annya dalam sebuah berdebatan dengan gerombolan Liberal guna menguliti pemikiran genit mereka.[]

Afifuddin/Sidogiri

Spread the love