Kalau ada pertanyaan, “Lebih nikmat mana susu yang halal dan yang haram?” Kira-kira apa jawaban Anda? Menurut saya, samasama nikmat, jika mengenai rasa. Namun tidak begitu jika yang ditanyakan adalah naluri saya akan keharaman dan kehalalan dua benda ini. Tentu ada tambahan jawaban, “Tapi kenikmatan yang haram tembus sampai ke neraka!” Nah lho.

Dalam agama Islam, dua benda sama tidak selalu sama. Dua hal berbeda tidak selalu berbeda. Karena Islam melihat sesuatu bukan dari rasanya, melainkan nilainya. Bukan kuantitas, tapi kualitas. kualitas ukhrawi, bukan duniawi.

Manusia selalu dihinggapi rasa penasaran. Tercipta dengan kecintannya pada keindahan, serta keengganannya terhadap keburukan, sebagaimana tertera dalam ayat ke 14 QS Ali Imran.

Dari kecintaannya terhadap keindahan inilah, terkadang mereka lupa pada agama, bahkan tuhan yang menciptakannya. Manusia juga sering dihinggapi sifat rakus. Mereka ingin memiliki segalanya.

Terlebih, para wanita yang sering dikalahkan perasaannya. Selain mereka terkadang senang terhadap harta dan belanja, mereka juga sering terpanah menyaksikan ketampanan para oppa dalam film-film Drama Korea. Sering berdecak kagum melihat kegagahan artis bollywood dan hollywood. Dari mata, turun ke hati. Awalnya kagum, akhirnya suka. Tergila-gila, lalu akhirnya setan membisiki hati mereka untuk mencari pasangan orangorang berdarah barat dan Korea.

Baca Juga: Inspirasi Muslimah Masa Kini

Cerita pun dimulai. Sebagian mereka mulai membuka akun sosial media. Mencari teman-teman pria yang bermuka oppa, India, atau Amerika di Facebook, Twitter, atau lainnya, tanpa melihat apa agamanya. Hingga mereka menemukan pasangan Idamannya, beragama Buddha, tapi tampan keturunan Korea. Akhirnya, viral di TV dan berita online , seorang muslimah menikahi laki-laki Budha.

Perbuatan semacam ini memang tidak banyak dilakukan di negeri kita. Hanya sebagian Muslimah saja. Terutama kalangan artis layar kaca, yang kadang menikahi orang Kristen berdarah Eropa. Bahkan ada yang sampai mengikuti agamanya. Entah apa yang mereka cari?

Mungkin jawabnnya sangat mudah, yakni karena yang melakukan pernikahan semacam ini tidak banyak mengetahui hukum agama, mereka hanya mencari kesenangan fana. “Yang penting sama-sama suka dan saling menghormati agama masing-masing,” kata mereka.

Bahkan, ada sebagian oknum yang berniat mengesahkan pernikahan lintas agama di negeri kita. Mereka Muslim, paham agama, tapi entah apa yang ada di pikiran mereka. Terlepas dari alasan mereka ingin mengesahkan perbuatan keji itu – yang sebenarnya sudah saya reka-reka, bukan suuzhan, tapi husnul-yaqin –,Islam menawarkan hikmah yang bisa membuka mata kita semua. Penawaran yang tidak bersifat sunah atau mubah, tapi wajib kita terima.

Bahwa seorang muslimah itu mulia sebab keislamannya. Jika dia dinikahi non-muslim, dia akan dikuasai olehnya, karena ar-rijâlu qawwâmûna `alan-nisâ’. Laki-laki itu menguasai perempuan. Maka tidak diragukan lagi bahwa penguasaan suaminya yang non-Muslim merupakan suatu penghinaan bagi dirinya. Sedangkan Allah tidak rida jika Muslimah terhina gara-gara non-muslim, sebagaimana dalam surah an-Nisa ayat 141. Selain itu, bisa jadi si muslimah terus-menerus didoktrin oleh suaminya dengan paham-paham agama selain Islam. Tentu itu merupakan sebuah bencana besar.

Pernikahan lintas agama ini juga berperan besar bagi perkembangan spiritual anak. Biasanya, anak cenderung mengikuti bapaknya ketika sudah dewasa, bahkan dalam urusan agama. Ketika seorang Muslimah dinikahi oleh non-Muslim, seakan-akan dia akan melahirkan kekufuran dari rahimnya. Lebih parah lagi, saat keduanya sepakat untuk bertukar rasa merajut asa, kemudian cinta semakin kuat bak baja, hal yang paling sangat dikhawatirkan adalah muslimah tersebut akan selalu mengikuti kemauan suaminya, termasuk mengikuti agama yang dianutnya. Ini sangat tidak diinginkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (artinya):

“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.” (al-Baqarah: 221)

Masih dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa larangan tersebut bukan tanpa alasan. Allah berfirman (artinya): “Mereka (orang-orang musyrik) mengajak ke neraka.”

Baca Juga: Inner Beauty Muslimah Sejati

Orang-orang musyrik mengajak kepada kekufuran, sementara kekufuran menjerumuskan ke neraka. Berdasarkan hal ini, kekufuran itu haram, maka hal yang menyebabkan kekufuran (nikah lintas agama) juga haram.

Syekh Ali Ahmad al-Jirjani, dalam kitabnya; Hikmatut-Tasyri’ wa Falsafatihi, menjelaskan bahwa meskipun nash al-Quran hanya menyebutkan musyrikin, tapi ‘illat keharaman yang berupa ‘ajakan ke neraka’ membuat nash tersebut juga mencakup semua orang kafir, sekalipun kafir kitâbi (kafir yang masih berpegang teguh pada salah satu kitab samawi yang masih asli, seperti Taurat dan Injil, bukan seperti Bibel).

Dalam al-Quran surah an-Nisa: 141 juga dijelaskan (artinya): “Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”

Seandainya pernikahan lintas agama diperbolehkan, Maka bertambah muluslah rencana orang kafir untuk memusnahkan kaum muslimin, karena anak yang dilahirkan nantinya rentan menjadi kafir.

Tapi wahai para Muslimah, janganlah nantinya kalian meminta kesetaraan hukum dengan cowok-cowok muslim karena mereka boleh menikahi kafirah kitabiyah. Bukan tanpa alasan Allah memperbolehkan hal itu. Sudah dijelaskan tadi, bahwa wanita yang dinikahi lebih berpotensi ikut pada kemauan suaminya. Anak yang dilahirkan pun biasanya condong kepada agama bapaknya. Kemungkinan besar itulah yang diharapkan terjadi dalam biduk rumah tangga seorang Muslim dan kafirah kitabiyah tadi; sehingga perempuan kafir tadi menemukan keadilan dan kearifan agama Islam dalam diri suaminya setiap hari, menjadi doktrin positif, lalu cahaya-cahaya Islam terserap dalam hatinya, kemudian terangkullah dia ke dalam agama suci ini dengan keridaan dan kelembutan hati. Sebagai teladan umat manusia, Nabi Muhammad memberikan uswah kepada kita mengenai hal ini dengan pernikahan beliau dengan Sayidah Mariyah Qibtiyah.

Untuk itu wahai para Muslimah, jangan mudah jatuh cinta kepada orang-orang yang tidak seagama dengan kalian, apalagi mau dinikahi mereka. Baiknya, kalian menikmati susu pahit tapi halal, daripada manis tapi haram. Tapi saya yakin, laki-laki muslim tidak kalah tampan dengan artis-artis barat dan Korea; tidak hanya tampan rupa, tapi juga hati; tidak hanya muka, tapi juga agama.

Ifan Afandy/sidogiri

Spread the love