Wanita dan kecantikan bak dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisah dan dijauhkan. Semua wanita ingin terlihat cantik dan menawan. Di antara mereka ada yang sampai rela merogoا puluhan sampai ratusan juta agar tampil anggun dan sempurna. Kata pepatah: “Pesona pria ada pada akal (kecerdasan)nya sementara wanita pada paras (cantik)nya.”
Kecantikan juga menjadi salah satu standarisasi wanita idaman. Dalam sebuah Hadis Rasulullah bersabda, “Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang bagus agamanya, niscaya engkau beruntung.“ (HR Muslim) Karena sosoknya yang cantik menawan, tidak salah kalau wanita dinobatkan sebagai hiasan terbaik dunia. “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Sayangnya, banyak wanita yang terlalu fokus pada penampilan luar, sibuk memenor wajah dengan bedak dan lipstik, sampai lupa kalau cantik sesungguhnya adalah pancaran pesona dari hati bersih dan akhlak mulia. Shahabat Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Sesungguhnya, amal kejahatan itu akan menggelapkan hati, menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangi rezeki, dan menimbulkan rasa benci di hati manusia kepadanya.”
Cantik dalam Islam bukan sekadar cantik fisik, yang paling utama adalah cantik hati dan sikap. Kalbu yang indah akan memancarkan wajah yang bercahaya. Dalam sebuah Hadis Rasulullah berkata, “Allah tidak melihat jasad dan rupamu, tetapi yang Allah lihat adalah hatimu.” (HR alBukhari dan Muslim) Hati wanita yang bersih adalah hati yang positif dalam menghadapi berbagai masalah dan berusaha mengambil sisi positifnya, serta senantiasa menjaga pandangan dan menutup auratnya. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah, mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan jangnlah menampakkan perhisannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nur [24]: 31)
Muslimah yang cantik hatinya tidak akan bergaul bebas dengan laki-laki yang bukan mahramnya, kecantikannya dipelihara dari pandangan laki-laki. Ia senantiasa berbicara dengan perkataan yang baik, nada suaranya tidak dibuat manja atau lembut. “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. al-Ahzab [33]: 32)
Muslimah sejati juga tidak berhias dan bertingkah laku seperti orang Jahiliah dahulu. Ia menjauhi gaya hidup glamor. “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya.” (QS. al-Ahzab [33]: 33)
Fakta bahwa Islam tidak menghiraukan kecantikan fisik, dapat dilihat di dalam al-Quran. Kecantikan wajah atau penampilan baik pria atau wanita jarang sekali disebut di dalam al-Quran, kalau pun disebut bukan untuk disanjung atau dipuji, melainkan sebagai pengingat akan fitnah yang ditimbulkannya. Salah satunya dalam QS al-Munafiqun. Dalam ayat itu Allah mengingatkan Rasulullah agar tidak tertipu oleh kecantikan fisik orang-orang munafik. Allah berfirman (artinya): ”Dan apabila kamu melihat mereka,tubuhtubuh mereka membuatmu kagum. Dan jika mereka berkata-kata,kamu mendengarkan mereka. Mereka seakanakan kayu yang tersandar.” (QS. AlMunafiqun [63]: 4)
Penyebutan kecantikan fisik juga ada di Surah al-Ahzab: ”Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikan mereka menarik hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya)
yang kamu miliki. Dan Allah Maha mengawasi segala sesuatu.” (QS. AlAhzab [30]: 52)
Baca juga: Sayidah Saudah binti Zamah ketika cinta harus terbagi
Al Hasan dan Asy Sya’bi mengatakan bahwa kecantikan yang di maksudkan dalam ayat di atas adalah kecantikan paras wanita bangsawan Quraisy bernama Asma binti Umais. Asma binti Umais adalah istrti dari Ja’far bin Abi Thalib yang suaminya mati syahid. Kecantikan wajah beliau sangat terkenal di kalangan kaumnya, sehingga Rasulullah sempat berkenan untuk menikahinya setelah beliau mengetahui kedalaman iman wanita bangsawan itu.
Al-Quran sama sekali tidak menyanjung kecantikan fisik, begitu pula di dalam Hadis. Bahkan Hadis semakin mengukuhkan sanjungan bagi wanita yang punya inner beauty atau kecantikan rohani. Rasulullah bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata : “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. AnNasa’i)
Saharudin Yusuf/sidogiri