Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar.” Dalam hadis lain, Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” Kedua hadis tersebut mengandung misi risalah Nabi sebagai pendidik juga penyempurna moral. Sebagaimana maklum, Rasulullah adalah insan sempurna dalam segala bidang. Baik saat berposisi sebagai kepala negara, kepala keluarga, maupun sebagai pendidik. Berikut adalah beberapa tips bagaimana menjadi pendidik sejati sebagaimana Rasulullah.
Perbaiki Niat dan Ikhlas
“Setiap amal perbuatan tergantung dengan niatnya.” Begitulah sabda Rasulullah mengingatkan umatnya agar dalam melakukan amal baik, jangan sampai lupa bahwa perbuatan itu semata-mata untuk mencari rida Allah. Tentu sangat disayangkan jika amal baik yang dilakukan ternyata sia-sia hanya karena tidak Lillahi Ta’ala.
KH. Maimoen Zubair pernah berpesan, “Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan kepada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah.”
Baca Juga: Inspirasi Amar Makruf Nahi Mungkar
Amanah dalam Menyampaikan
Dalam pandangan seorang pendidik sejati, ilmu adalah amanah yang harus disampaikan dengan sebaik-baiknya. Pendidik sejati akan menyampaikan ilmu pengetahuan yang ia miliki secara sempurna, tanpa mengurangi atau bahkan menyembunyikannya. Allah memerintahkan umat manusia untuk menyampaikan amanah sebagaimana dalam QS. An-Nisa’: 58 yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Nabi Muhammad juga bersabda, “Tidak ada keimanan (yang sempurna) bagi orang yang tak dapat memegang amanah dan tidak ada agama (yang sempurna) bagi orang yang tak dapat memegang janji.” (HR. Ahmad)
Menguasai Ilmu yang Diajarkan
Di antara kewajiban pendidik adalah menguasai ilmu yang akan diajarkan. Jangan sampai seorang guru menyampaikan sesuatu yang tidak diketahui. Sebab hal itu yang nantinya menjadi sumber kerusakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu pun orang alim, orang-orang akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. al-Bukhari)
Baca Juga: Inspirasi Melawan Nafsu
Menjadi Panutan yang Baik
Para penuntut ilmu melihat gurunya sebagai panutan dalam segala hal. Kepribadian seorang pendidik memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap murid-muridnya. Karena itulah seorang pendidik hendaknya menjadi panutan yang baik, sebagaimana Rasulullah. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Mengamalkan Ilmu
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3). Melalui ayat tersebut, Allah mencela orang-orang yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan. Seorang guru yang menerangkan kebaikan, menyuruh muridnya untuk melaksanakan kebaikan, tetapi tidak mengerjakan perbuatan tersebut, sangat dikhawatirkan jika nantinya masuk dalam cakupan ayat di atas. Imam al-Ghazali dalam bidayah al-hidayah mengatakan, orang-orang yang berilmu akan binasa kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas.
Ahmad Sabiq Ni’am/sidogiri