Jika kita membaca kisah-kisah seputar kelahiran Nabi yang tertuang dalam kitab-kitab maulid, maka akan segera kita dapati sekian banyak keajaiban dan peristiwa-peristiwa menakjubkan di seputar kelahiran Baginda Nabi, baik sebelum, ketika, maupun setelah peristiwa kelahiran itu. Keajaiban-keajaiban itu disebut dengan irhash, yakni kejadian luar biasa atau istimewa yang terjadi pada diri calon nabi atau rasul ketika masih kecil.
Jika kita merenungkan keajaiban-keajaiban yang terjadi di seputar kelahiran Baginda Nabi itu, akan tampak jelas bahwa betapa keajaiban-keajaiban itu membawa pesan-pesan yang teramat lugas berkenaan dengan visi diturunkannya agama Islam untuk penduduk bumi, berupa menyembah hanya kepada Allah semata, menjauhi kesyirikan dan hal-hal yang merusak kemurnian iman, serta rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana telah umum diketahui, bahwa Rasulullah lahir tidak seperti manusia pada umumnya yang keluar dari kemaluan ibunya, tapi sifat kelahiran beliau adalah dari dalam perut ibunda beliau keluar cahaya yang begitu terang, lalu terlihat Nabi dalam keadaan bersujud. Beliau lahir dalam keadaan bersih, sudah berkhitan, sudah terpotong tali pusarnya, wangi, bercelak mata, dengan kuasa Allah.
Sungguh, keajaiban di mana Baginda Nabi keluar dari perut ibunda beliau dalam keadaan sujud, melambangkan visi yang sangat mendasar dalam agama Islam, yakni kesadaran akan hakekat kehambaan manusia di hadapan Rabbnya, yang dengan kesadaran akan hakekat ini, manusia berarti telah mengenal dengan benar siapa dirinya, dan karena itu juga ia mengenal siapa Tuhan yang menciptakannya, lalu mencurahkan segenap daya, upaya dan waktu yang dimilikinya hanya untuk menyembah-Nya.
Disebutkan pula, bahwa keajaiban yang terjadi pada hari kelahiran Rasulullah adalah padamnya api sesembahan orang-orang Majusi. Mereka percaya bahwa cahaya adalah pencipta segala kebaikan, maka mereka menyembah api. Api yang mereka sembah tentu bukan api biasa seperti pada umumnya, melainkan api itu tidak pernah padam selama ribuan tahun. Namun, dengan izin Allah, api mereka tiba-tiba padam saat Nabi Muhammad lahir. Para penganut Majusi berusaha menyalakan kembali api itu, tapi api itu tetap tidak menyala.
Visi ajaran Islam yang terkandung dalam keajaiban ini sesungguhnya setali tiga uang dengan keajaiban sebelumnya, namun keajaiban yang kedua ini menjadi kelaziman bagi keajaiban yang pertama. Jika keajaiban yang pertama mengandung visi penghambaan hanya kepada Allah, maka keajaiban yang kedua ini mengandung visi menolak dan menghapuskan segela apa yang bisa merusak hakekat kehambaan itu, berupa segala bentuk kesyirikan; menyembah kepada selain Tuhan yang berhak untuk disembah, yakni Allah.
Selanjutnya, keajaiban yang juga sudah kita ketahui, bahwa pada tahun di mana Nabi dilahirkan, disebut tahun gajah. Karena pada tahun itu pasukan gajah yang hendak menghancurkan Kakbah gagal total. Ini mengisyaratkan Islam yang aman dan damai. Pada tahun kelahiran Nabi pula, semua ibu di tahun itu melahirkan bayi laki-laki. Ini mengisyaratkan rahmat Islam, karena jika mereka melahirkan perempuan, maka orang-orang Jahiliah akan menguburkannya hidup-hidup.
Alhasil, ada begitu banyak keajaiban, dan begitu pula ada banyak hikmah di baliknya. Maka, bersamaan dengan momentum Maulid Nabi ini, mari kita merenungi keajaiban-keajaiban ini, dan dari situ dapat terungkap keagungan dan keindahan ajaran-ajaran agama Islam yang kita yakini dan amalkan.
Moh. Achyat Ahmad/sidogiri
Baca juga: Antitesis Kemarahan Umat