Perang Salib Pertama adalah kampanye militer yang diluncurkan oleh Tentara Salib atas Seruan Paus Urbanus II pada 504/1095 di Clermont, Prancis selatan , untuk merebut kembali Yerusalem dasri tangan umat Islam.
Latar belakang
Paruh kedua abad ke-5 Hijriyah / ke-11 Masehi, dunia timur didominasi oleh perseteruan dua kekuatan besar muslim saat itu, yaitu dinasti Seljuk dan Fatimiyah. Mereka saling memperebutkan wilayah yang membentang dari Suriah hingga Palestina. Dinasti Seljuk saat itu masih mengandalkan dukungan militer dari kerabat mereka yang hidup mengembara, Turki Nomaden.
Pada akhir abad ke-11 terjadi kemelut politik terbesar umat Islam yang belum pernah terjadi sebelumnya, puncak pertikaian Dinasti Seljuk dan Fatimiyah, ditambah pemberontakan kelompok Batiniyah. Disusul wafatnya tokoh-tokoh berpengaruh muslim secara beruntun mulai dari menteri utama Seljuk, Nizam al-Mulk, dan Sultan Seljuk Malik Shah disusul oleh khalifah Abbasiyah al-Muqtadhi, dan khalifah Fatimiyah al-Mustanshir pada 1094 menimbulkan kemelut besar dalam Agama Islam.
Melihat kesempatan untuk mendapatkan kembali beberapa wilayah yang pernah ditaklukan di Asia Kecil, kaisar Byzantium, Alexius Comnenus mengirim sebuah pesan yang isinya meminta Paus mengirimkan prajurit Italia ke timur. Momentum ini dimanfaatkan Paus Urbanus II untuk menunjukkan pengaruh paus, yang dulunya sudah pudar kewibawaannya.
Pasukan Salib Berkumpul di Konstantinopel
Pasca seruan dari Paus Urbanus II, tepatnya di bulan-bulan dingin pada akhir 1095, dan 1096 tentara eropa berkumpul berpusat di Kostantinopel sebelum berangkat melewati selat Bosporus.
Setelah angkatan Perang Salib Pertama diorganisir, mereka berangkat untuk memulai serangan ke daerah muslim di Antiokhia, setelah melakukan pengepungan selama berbulan-bulan, akhirnya tentara salib berhasil mengambil alih kota Antiokhia dan membantai lebih dari sepuluh ribu penduduk di hari itu, mayat orang yang dibantai pun dibiarkan tanpa dikubur.
Baca Juga: Perang Tabuk, Rajab 9 H. Perang Yang Tak Pernah Terjadi
Pasca menguasai Antiokhia, tentara salib bergerak menuju Yarussalem, tujuan utama mereka. Dalam perjalanannya Raymond berhasil menduduki Ma’arrat al-Nu’man, kota itu kemudian ditinggalkan pada 13 Januari 1099, setelah membunuh sekitar 100.000 penduduknya, dan membumihanguskan kota. Pasukan Frank kemudian menduduki benteng Akrad, memerintahkan untuk membuat parit di antara daratan Orontes, dan Laut Tengah.
Pada Juni 1099, sekitar 40.000 Tentara Salib sampai di gerbang Yerusalem. Kota Yerusalem tidak mempunyai pertahanan sekokoh Antiokhia. Sehingga kota Yarussalem bisa ditaklukkan kurang dari satu bulan pengepungan.
Pembantaian terhadap rakyat Yerusalem
Setelah pasukan tersebut berhasil masuk ke dalam kota, peristiwa yang sebelumnya menimpa Antiokhia terulang kembali. Pasukan Salib membantai semua pendduk tanpa mengenal ampun, sehingga tumpukan kepala, tangan, dan kaki bisa disaksikan di seluruh jalan dan alun-alun kota. Mereka yang masih hidup ditarik dari gang-gang, dari lemari dinding, dari loteng, dan dibunuh dengan pedang atau dilemparkan dari tembok.
Baca Juga: Shafar 7 H, Kemengan Perang Khaibar
Mendengar kejatuhan kota Yarussalem Dinasti Fatimiyah bergerak mencoba merebut kembali kota Yarussalem pada tahun 1099. Namun pasukan Fatimiyah terlalu lemah sehingga dengan mudah dipukul mundur oleh Tentara salib di Yarussalem.
Dengan Jatuhnya kota Yarussalem tujuan utama tentara Salib untuk merebut kota suci itu tercapai. Mereka mengangkat seorang pemimpin eropa yang gigih sebagai penguasa kota suci tersebut yang bernama Godfrey. Ia akhirnya memperoleh gelar Baron. Setelah janji mereka terpenuhi, sebagian Tentara Salib pulang kembali ke Eropa.
Perang Salib Pertama memang dimenangkan oleh Tentara Salib, namun perlu diketahui Tentara Salib tidak mampu menaklukkan dua kota utama Levant (Syam) yakni Aleppo, dan Damaskus. Dari wilayah ini akan muncul Kesatria pelopor perlawanan muslim selanjutnya yaitu Imaduddin Zanki dan Sholahuddin Al-Ayyubi mereka yang berhasil merebut kembali Yarussalem dan oleh sejarah dicatat sebagai pahlawan kaum muslimin di Perang Salib Kedua.
Fauzan Imron/Sidogiri