Turkistan secara harfiah berarti “Tanah bangsa Turki”, yang merujuk pada suatu daerah di Asia Tengah antara Siberia di sebelah utara dan Tibet, India dan Afghanistan di sebelah selatan, Laut Kaspia di barat dan Gurun Gobi di timur dan juga disebut dengan negara di seberang sungai (wara’an-nahr).
Turkistan pertama kali ditaklukan oleh Qutaibah bin Muslim Al-Bahili seorang komandan bawahan Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dalam rentan waktu sepuluh tahun (86-96 H), pada pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik dari Dinasti Umayyah.
Baca juga: Maulid Antara Bidah dan Maslahah
Turkistan banyak melahirkan Ulama islam yang disegani dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, diantaranya: Abu Mansur al-Maturidi (Akidah) Sufyan Ats-Tsauri dan Abdullah Bin Mubarak (Fikih), Al-Bukhari, At-Tirmidzi dan al-Baihaqi (Bidang Hadis), Az-Zamakhsyari dan Abu Laits As-Samarqandi (Nahwu dan Tafsir) Ibnu Sina (Kedokteran) Al-Khawarizmi (Matematika) dan masih banyak yang lainnya.
Dalam prosesnya Turkistan dijajah menjadi rebutan duan negeri besar komunis: Uni Soviet dan Cina dan menjadikannya dua bagian: Turkistan Barat dan Turkistan Timur.
Baca juga: PARA REVOLUSIONER ISLAM
Uni Soviet mencaplok Turkistan bagian barat dan menjadikannya lima bagian sesuai dialek dan suku di daerah tersebut, yaitu: Republik Soviet Uzbekistan, Republik Soviet Turkmenistan, Republik Soviet Tajikistan, Republik Soviet Kazakhstan, dan Republik Soviet Kirgistan. Setelah Uni Soviet runtuh, bagian negara ini menjadi negara repubilik yang merdeka.
Sedang Turkistan timur dikuasai oleh Cina yang sekarang kita kenal dengan Xinjiang. Daerah ini juga disebut Uyghuristan (tanah orang-orang Uyghur) karena mayoritakn penduduknya dari suku Uyghur. Cina menjadikannya wilayah otonomi khusus, kebebasan beragama di sana dikekang termasuk salah satunya adalah dilarang melaksanakan ibadah puasa bagi penduduk setempat
(bersambung).
Fauzan Imron/sidogiri