Tak ada dari apa yang dikatakan, dilakukan dan yang ditetapkan oleh Rasulullah kecuali itu patut kita katakan, kita lakukan dan kita tetapkan. Tak ada satu pun dalam lembaran historis yang menyatakan belau itu amoral, kriminal dan atau melakukan tindakan asusila kecuali data itu telah didistorsi dan diselewengkan. Sebab dengan jelas Allah telah berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam; (68): 04)

Demikian itu karena tidak tampak dari Rasulullah kecuali perkataan, perbuatan, dan penetapan yang selalu menyejukkan hati yang harus kita teladani, baik dalam mengurusi rumah tangga, sosio-interaktif, bisnis, politik dan pemerintahan. Tidak heran jika saat Abu Jahal ditanya alasan tidak beriman, “Aku hanya tidak bisa terima berita baru (Islam) yang dia bawa.”. Tidak lebih. Demikian ini karena tidak tampak sedikit pun perbuatan yang mengindikasikan kedustaan apa yang disampaikan oleh Rasulullah.

Hanya saja, tidak sedikit dari umatnya yang tidak mengenal, apalagi meneladani Rasulullah. Rupanya mereka telah disibukkan dengan urusan dunia sehingga sampai tidak mengenal sosok yang telah menyelamatkan mereka dari kekal di neraka. Padahal, kisah hidup Rasulullah itu sudah merepresentasikan hidup setiap umatnya dalam berbuat, mengambil sikap dan mencari solusi masalahnya.

Jika dianalisa, faktor kenyataan seperti ini ada dua, pertama karena mereka tidak tahu dan tidak mau tahu dan kedua karena mereka tidak tahu dan kita yang tahu tidak memberitahu mereka yang tidak tahu. Oleh karena itu, di sini perlu diperkenalkan buku yang mengupas tuntas masalah ini.

Di antara buku itu adalah karya Abu Isa bin Muhammad bin Isa bin Surah at-Tirmidzi yang yang bertajuk, asy-Syamail al-Muhammadiyah wal-Khashâil al-Mushthafawiyah. Dalam buku ini hal ihwal Rasulullah dibeberkan dengan sangat jelas, mulai dari etika luhurnya, postur tubuh dan ciri-cirinya, cara berpakaiannya, kebiasannya, hingga kapan beliau itu tutup usia.

Karena penulis buku ini berlatar belakang pendidikan yang berkonsentrasi dalam bidang hadis, maka penulisan bukunya pun disetting seperti layaknya buku-buku hadis. Pada awalnya disebutkan para rowi yang meriwayatkan hadis tersebut kemudian disebutkan isi hadisnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau penetapan Rasulullah. Yang jelas, hadis yang dimuat hanya yang menjelaskan hal ihwal Rasulullah.

Buku yang bertajuk, asy-Syamail al-Muhammadiyah wal-Khashâil al-Mushthafawiyah banyak menuai pujian dari beberapa intelek Muslim. Di antaranya Syeikh Mulla Ali bin Sulthan al-Qari. Beliau berkomentar, “Di antara buku yang bagus dalam mengupas hal ihwal Rasulullah adalah buku at-Tirmidzi ini. Di dalam buku ini banyak mengupas etika Rasulullah dari semua sudut pandang, seakan-akan at-Tirmidzi tahu betul semua apa yang dilakukan Rasulullah.”

Imam Ibnu Katsir juga mengapresiasi karya at-Tirmidzi ini. dalam hal ini beliau berujar, “Mulai dulu hingga sekarang (masa Ibnu Katsir) banyak karya yang mengupas perihal etika luhur Rasulullah. Hanya saja, dari sekian banyak karya yang ada, karya at-Tirmidzi-lah yang paling the best”.

Meski begitu, menurut penulis tetap ada nilai minus dari buku asy-Syamail al-Muhammadiyah ini, yaitu ketika menyebutkan hadis ternyata at-Tirmidzi tidak mencantumkan status hadisnya, apakah itu shahih, hasan atau malah dhaif. Akhirnya, untuk mengetahui status hadis yang dimuat di dalam buku ini masih perlu meneliti atau melihat kutubus-sittah lalu mencocokkannya.

Namun begitu, nilai minus seperti ini tidak mengurangi kualitas buku ini. Buku ini tetap layak dibaca dan dijadikan referensi dalam karya-karya kita seputar etika luhur Rasulullah. Terlebih lagi, begitu banyak penerbit yang menerbitkan buku the best ini yang menyertakan hasil takhrij dan penelitiannya, sehingga status hadis yang dimuat dalam buku ini terungkap. Selamat membaca!

Achmad Sudaisi/sidogiri

Baca juga: Saya hanya Menolak Mudharat

Spread the love