Sebagaimana dimaklumi, pluralisme agama merupakan paham sesat dan menyesatkan, karena paham ini menganggap semua agama sama-sama benar di sisi Allah. Karena itu baik NU maupun MUI mengharamkan umat Islam memeluk paham ini.

Akan tetapi kendati demikian, para pengusung dan pendukung pluralisme agama bersikeras memperkuat gagasan tersebut, termasuk dengan beberapa ayat di dalam al-Quran, antara lain QS. Al-Baqarah ayat 62. Lalu bagaimana mestinya kita menanggapi hal tersebut?

Jawaban

Memang, hampir semua pengusung paham pluralisme agama dari kalangan Muslim yang liberal di Indonesia, selalu menjadikan ayat 62 dari surat al-Baqarah sebagai dalih untuk membenarkan paham yang sesat itu. Ayat dimaksud adalah (artinya): “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Jika kita membaca ayat tersebut apa adanya, memang tampak seakan-akan orang beragama apapun, apakah Islam, Yahudi, Nasrani, Sabiin, yang penting mereka beriman kepada Allah, hari akhir dan beramal saleh, maka mereka akan selamat di akhirat, yakni masuk surga. Namun bagaimanapun pemahaman seperti itu jelas salah total, karena bertentangan dengan dalil-dalil yang qath’i dalam al-Quran. Karena itu, untuk memahami maksud dari ayat tersebut, kita harus merujuk pada penjelasan dan penafsiran para ulama yang otoritatif.

Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya menjabarkan, antara lain melalui riwayat Imam as-Suddi, bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan sahabat-sahabat lama Salman al-Farisi, yang sebelum Nabi diutus, mereka adalah orang-orang yang beriman akan terutusnya Nabi terakhir, mereka juga rajin shalat, puasa, dan senantiasa melakukan amal saleh. Tapi mereka tidak sempat masuk Islam karena sudah meninggal sebelum Nabi diutus. Setelah Salman selesai menceritakan kebaikan teman-temannya itu, maka Nabi mengatakan bahwa mereka akan masuk neraka. Akhirnya turunlah ayat ini, yang menegaskan bahwa mereka selamat di akhirat.

Baca juga: Mengondonesiakan Islam

Artinya, Ibnu Katsir menguraikan lebih lanjut, bahwa orang Yahudi yang selamat adalah orang Yahudi yang beriman kepada Taurat dan Nabi Musa, hingga datang Nabi Isa. Jika si Yahudi tetap pada agama lamanya dan tidak beriman pada Nabi Isa, maka ia celaka. Sedang orang Nasrani yang selamat adalah yang beriman kepada Injil dan Nabi Isa, hingga datang Nabi Muhammad. Jika si Nasrani tetap pada agama lamanya dan tidak beriman kepada Nabi Muhammad, maka ia celaka.

Adapun tentang Shabiin, Ibnu Katsir mengunggah banyak pendapat ulama dalam Tafsir-nya, akan tetapi pendapat yang paling jelas (azhharul-qaul) menurut beliau, mereka adalah kaum yang tidak menganut agama apapun, dan tetap ada dalam fitrahnya. Sebagian ulama juga mengatakan bahwa Shabiin adalah kaum yang tidak terjangkau oleh dakwah Nabi. Karena itu jika mereka meninggal sebelum terutusnya Nabi terakhir, mereka juga selamat di akhirat. Um si blantis eum doloreh enimagnis.

Spread the love