Berselfie, mengabadikan setiap momen dalam kehidupan digandrungi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Bermodal smartphone canggih yang menawarkan beberapa pilihan fitur kamera, hobi ini bak menjelma kebutuhan pokok setiap orang. Mulai hal kecil dan remeh, momen-momen sakral bersejarah, sampai yang iseng-iseng kurang kerjaan tak luput dari jepretan kamera. Tak terkecuali bagi muslimah masa kini.
Muslimah yang hidup di era teknologi seperti saat ini ikut tergerus wabah berselfie ria. Di berbagai jejaring sosial media, wajah jelita muslimah berhijab menghiasi lini masa. Banyak muslimah bermurah hati berbagi aktifitas dan momen spesial dengan mengunggahnya ke media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Pertanyaan menggelitiknya, adakah yang salah dengan hobi ini?
Perputaran zaman memang telah mengantarkan kita pada kehidupan yang serba tanpa batas tanpa sekat. Di era milenial seperti saat ini, jarum jam yang berputar di sudut kota Jeddah, misalnya, bisa dengan mudah kita ketahui dari informasi internet yang jaringannya menyeluruh ke seantero dunia. Banyak sekali relawan-relawan militan yang sigap dan siaga dua puluh empat jam untuk mengabadikan apa saja yang terjadi di sekitar mereka.
Nah, dunia teknologi yang kinerjanya begitu canggih dan luas, tentu bukan rumah yang ramah bagi muslimah-muslimah iffah nan suci untuk sekadar, misalnya, memampang foto pribadi berbusana syar‘i lengkap dengan jilbab panjang. Penulis tidak akan membahas hukum berselfie ria muslimah dalam sudut pandang Fikih. Biarlah itu menjadi tema tulisan lain penulis di kesempatan berbeda. Di sini penulis ingin mengajak pembaca berfikir jernih dan jujur dalam menyikapi maraknya muslimah berselfie ria yang kemudian diposting di akun pribadi.
Sebelum Islam datang, harkat dan martabat wanita betul-betul rendah dan tak bernilai. Orang-orang Arab Jahiliyah menganggap anak perempuan sebagai aib. Mereka tega mengubur hidup-hidup putrinya yang baru lahir dan masih bersimpuh darah. Di eropa tambah mengenaskan. Wanita dijadikan budah nafsu birahi semata. Para wanita disejajarkan dengan hewan. Islam kemudian datang dan mengangkat harkat martabat wanita. Islam melarang keras pelecehan dan penistaan kepada kaum Hawa. Oleh Islam kedudukan wanita dijunjung tinggi dan disetarakan dengan pria. Tentu dengan porsi dan tugas masing-masing. Tidak seperti orang Liberalis yang gagal paham mendudukkan fungsi dan peran masing-masing.
Bukti bahwa Islam ingin melindungi para wanita adalah dengan diberlakukannya kewajiban berhijab. Sebelum perintah berhijab turun, laki-laki tak bermoral suka mengganggu kaum hawa. Laki-laki hidung belang itu membuat-buat alasan agar bisa mengganggu kaum muslimah. Lalu turunlah perintah berhijab untuk melindungi para wanita dari ganggungan orang-orang iseng nan kurang kerjaaan. Dengan hijab mereka aman dari gangguan mereka. Hijab menjadi perisai muslimah.
Dalam historisnya, perintah berhijab lebih dulu diberlakukan kepada para istri-istri Nabi dan putri-putri Beliau. Pemicunya juga sama. Mata-mata nakal orang-orang fâjir. Maka, tak terbantahkan lagi bahwa kewajiban berhijab itu adalah salah satu inisiatif Islam untuk menyelamatkan kaum hawa dari hal-hal yang tidak diinginkan. Islam ingin melindungi dan mengantisipasi sejak dini resiko kejahatan pada wanita.
Jika Islam telah mengupayakan untuk menyelamatkan para wanita dari gangguan orang-orang munafik nan busuk, lalu untuk apa para wanita itu sendiri justru membuka peluang dijadikan korban dan sasaran? Tidakkah itu sesuatu yang menggelikan! Dengan foto-foto pribadi yang dengan sengaja dipamerkan di dunia maya secara tidak langsung telah mempersilahkan orang lain untuk memperhatikan dan mendekatinya. Meng-upload foto, jika mau jujur, pasti foto-foto pilihan yang dianggap tidak akan mempermalukan diri sendiri. Nah, jika sudah demikian tak ada alasan lagi untuk mengelak kalau dia memang telah membuka pintu pribadinya untuk dimasuki oleh siapa saja yang tertarik.
Belum lagi sifat ujub yang sering kali menghampiri ketika memposting foto pribadi. Ujub adalah membanggakan diri sendiri atau apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita, semisal wanita yang dikarunia mata bulat nan sempurna. Wanita itu kemudian berselfie dengan menonjolkan mata indahnya. Sudah bisa ditebak kalau ia hendak menunjukkan mata indahnya kepada semua orang. Sifat ujub tentu sangat tercela dan bagian dari penyakit hati. Sifat ini harus dimusnahkan dan dibuang jauh-jauh. Bukan malah dibiarkan leluasa mempermainkan kita.
Apalagi faktanya, media soasial adalah sarana paling ampuh muda-mudi untuk menjalin interaksi dan komunikasi. Muda-mudi membangun hubungan baik dengan lawan jenis dalam dunia ini. Banyak sekali orang yang sebetulnya tidak saling mengenal, tidak pernah bertemu dan berpapasan wajah menjadi sangat akrab dan dekat di dunia maya. Dalam hal ini, tentu saja pengantar utama postingan foto.
Maka, berbagai fakta dan realita yang ada membuktikan bahwa postingan foto para wanita yang menghiasi dunia maya efek buruknya banyak sekali. Tidak selayaknya muslimah iffah yang menjaga kesucian diri membagi-bagi privasinya dengan orang lain. Terlebih lekukan tubuh dan paras cantiknya. Biarlah semua itu menjadi kado istimewanya untuk calon pendamping hidupnya kelak. Biarlah pendamping hidupmu kelak yang menjadi orang pertama dan satu-satunya yang menikmati setiap inci keindahan anugeral Allah itu.
Dan jika alasannya memang dalam ranah mencari pasangan hidup. Ia sengaja memposting foto agar ada yang mendekati untuk kemudian dijadikan teman hidup. Sudah pasti pasangan yang akan didapatnya adalah laki-laki yang senang melihat-lihat tubuh molek dan paras cantik lewat foto-foto yang bertebaran di dunia maya. Pertanyaannya, lelaki seperti itukah yang Anda inginkan?
Saharudin Yusuf/sidogiri
Baca juga: Muslimah dan Virus Merah Jambu
Baca juga: Selfie, Antara Halal dan Haram?
Baca juga: Para panglima Islam Penakluik Dunia