Waktu adalah modal dalam mengarungi kehidupan. Jika mampu untuk mengoptimalkannya, tentu hidup akan beruntung. Begitu pula sebaliknya, jika modal itu disia-siakan, jelas nantinya akan merugi. Rasulullah pernah mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu dan memperbaiki diri dalam satu hadis, “Barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi.” HR. Dailami. Agar waktu bisa dimanfaatkan dengan baik dan tidak dicuri oleh kegiatan yang sia-sia, simak tips berikut.
Hindari Obrolan Sia-sia
Bisa berbincang-bincang termasuk nikmat Allah yang agung dan harus disyukuri. Akan tetapi bukan berarti waktu yang ada hanya dihabiskan untuk berbincang-bincang, apalagi jika tidak ada kemanfaatan yang diperoleh darinya. Tentu perbincangan hanya akan menjadi pencuri waktu yang tidak disadari. Sebab banyak kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT justru sebagai ujian bagi hamba-Nya. Apakah dia bisa bersyukur dangan cara menggunakannya dengan baik atau tidak. Dengan begitu, perlu diwaspadai agar tidak terlena oleh obrolan yang sia-sia.
Baca Juga: Tips Bangun Malam Qiyamul-Lail
Disiplin Mengoperasikan Gadget
Sebenarnya tidak ada masalah dalam mengoperasikan gadget. Sebab, pada dasarnya seluruh benda mati itu sama-sama memiliki sisi negatif dan positif. Tergantung bagaimana ia digunakan. Apalagi jika menilik zaman sekarang yang serba online, keberadaan gadget semacam kebutuhan pokok. Segala hal bisa diperoleh dari sana, baik itu bermanfaat atau tidak. Tentu sangat disayangkan jika gadget yang sebenarnya memiliki peran positif ini digunakan untuk bersenang-senang tanpa tujuan yang jelas hanya gara-gara tidak disiplin dalam mengoperasikannya. Alangkah baiknya jika sebelum mengoperasikan gadget, dipertimbangkan dahulu, apakah ada manfaatnya? Apakah mengganggu hal lain yang lebih penting? Dengan begitu gadget bukan sekadar menjadi pencuri waktu.
Hobi yang Berarti
Rasa lelah, malas dan bosan tidak akan datang saat melakukan pekerjaan yang disenangi. Bahkan selalu ada energi dan semangat yang berkobar sehingga bisa melumat habis apa yang menghalanginya. Namun di sini perlu dicermati, apakah pekerjaan yang disenangi itu juga diridai oleh Allah? Jika iya, tentu merupakan keberuntungan besar. Akan tetapi apa jadinya jika hal itu justru tidak bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat? Tentu harus punya keberanian dan tekad untuk menghentikan dan menggantinya dengan hobi yang positif. Sebab pekerjaan yang disenangi dan tidak bermanfaat merupakan salah satu pencuri waktu yang paling berbahaya.
Baca Juga: Inspirasi Melawan Nafsu
Fokus pada tujuan
Saat mengerjakan perkara penting dan sudah terencana sekalipun, tidak jarang muncul gangguan yang bisa mengalihkan fokus. Betapa banyak pekerjaan yang seharusnya bisa selesai tepat waktu menjadi terlambat gara-gara gangguan sepele yang muncul dari sekeliling kita, acara televisi, misalnya. Hal ini terjadi karena fokus kita berubah, yang semula fokus pada tujuan utama, gara-gara ada siaran televisi yang menarik, mendadak putar haluan menjadi menonton televisi. Tentu sangat disayangkan jika gangguan semacam ini tidak segera disadari. Bisa-bisa selain tujuannya terlambat dicapai, hasilnya pun tidak maksimal. Sangat tepat jika kaidah isytighal bi ghairil maqshud i’radh ‘anil-maqshud (menyibukkan diri dengan selain tujuan utama, bisa memalingkan dari tujuan tersebut) ini selalu dijadikan pegangan agar waktu yang ada tidak habis oleh kesibukan lain.
Jangan Melamun
Hati-hati dengan lamunan. Banyak yang terjebak oleh lamunan gara-gara menganggapnya sama dengan berpikir. Padahal esensi keduanya jauh berbeda. Berpikir berarti menggunakan akal untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu dengan realistis, sedangkan melamun hanya termenung dengan pikiran melayang ke mana-mana dan jauh dari realita. Dalam Surah al-Hijr ayat 3, Allah berfirman (artinya), “Biarkan mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan terlena dengan angan-angan (kosong). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)”.
Sebagai penutup, kandungan Surah al-‘Ashr ini mungkin bisa dijadikan pedoman. “Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati dalam menetapi kebenaran dan kesabaran.”
Ahmad Sabiq Ni’am/sidogiri