Rasulullah pernah bersabda, “Agama adalah nasihat”. Nasihat memiliki peran penting dalam keberlangsungan syariat. Bahkan, dalam surah al-‘Ashr ayat 3 disebutkan bahwa di antara kriteria orang yang tidak merugi adalah orang yang saling berwasiat dalam kebaikan dan sabar.
Meski penting, memberikan nasihat tidak boleh sembarangan. Alih-alih diterima, nasihat yang disampaikan dengan cara yang salah justru bisa jadi bumerang yang merugikan pihak yang menasihati ataupun yang dinasihati. Di sini kita akan membahas beberapa adab menasihati supaya nasihat kita bisa sampai ke hati. Selamat membaca!
Berikan Nasihat dengan Ketulusan
Hal pertama yang perlu diperhatikan saat memberi nasihat adalah apa tujuan kita menasihati? Sebelum memberi nasihat kita perlu bertanya ke lubuk hati, apa tujuan kita menasihati? Tujuan yang baik menambah peluang nasihat kita diterima. Jika yang kita dapati adalah sebaliknya, tujuan kita masih belum tepat; seperti ingin dinilai bijak, atau ingin mengejar popularitas, maka yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu adalah menasihati diri kita sendiri.
Selanjutnya, nasihat yang kita sampaikan juga harus karena Allah, Dengan niatan yang benar kita berhak mendapat pahala dan balasan dari Allah. Jika sebaliknya, tujuan kita bukan karena Allah maka nasihat yang kita sampaikan justru membuka peluang ditimpakannya siksa kepada kita. Niat yang salah juga berpengaruh kepada obyek yang kita nasihati. Jika kita salah niat, mereka justru bisa semakin menjauh saat kita nasihati.
Di antara penyakit yang sering menyerang para pendakwah adalah hasrat ingin populer. Bukannya mengundang kebaikan, hasrat semacam ini justru banyak menarik keburukan. Buah yang diharapkan dari nasihat yang disampaikan pun akan semakin sulit dicapai.
Nasihati Saat Sendiri
Imam Syafi’i pernah berkata, “Barang siapa menasihati saudaranya secara sembunyi-sembunyi, berarti ia telah menasihati dan mengindahkannya. Barang siapa menasihati secara terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya.”
Para ulama salaf jika ingin menasihati seseorang, mereka akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Sekiranya hanya mereka dan orang yang dinasihati saja yang tahu.
Nasihat memang tidak perlu disampaikan dengan cara teriak atau menghardik di depan umum. Cara yang demikian justru membuat obyek yang dinasihati merasa dipermalukan. Bukannya berhenti dari kesalahan, mereka justru akan semakin menjadi-jadi berbuat kesalahan. Sikap yang demikian juga berpotensi menumbuhkan kebencian di hati pihak yang dinasihati, memunculkan persepsi buruk di mata masyarakat, juga bisa memutus ikatan ukhuwah antara orang yang menasihati dengan pihak yang dinasihati.
|BACA JUGA : SURGA ITU GAK PENTING!
Selain hal di atas, jika masih memungkinkan, nasihat hendaknya disampaikan dengan sindiran. Hal itu apabila obyek yang dinasihati masih bisa mengerti. Jika dia tidak mudah mengerti, maka nasihat boleh
disampaikan secara langsung dan jelas.
Menasihati dengan Lembut dan Beretika Menasihati orang lain ibarat sedang membuka pintu. Sebuah pintu tidak akan terbuka kecuali dengan kunci yang pas. Maka seorang pemberi nasihat dituntut untuk mencari kunci atau metode yang pas agar nasihatnya mudah diterima.
Berdasarkan penuturan para ulama tidak ada metode yang lebih tepat daripada berlemah lembut dalam memberi nasihat, penuh etika dalam memberi petuah, dan berbicara dengan ramah. Nabi. Bersabda, “Tidaklah keramahan terdapat dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya. Dan tidaklah hal itu dicabut dari sesuatu kecuali akan menodainya.” (HR. Muslim).
Tidak Perlu Sakit Hari bila Nasihat Tidak diterima
Setelah menasihati, hal terakhir yang mesti kita lakukan adalah berpasrah kepada Allah. Tugas kita hanyalah menasihati. Diterima atau tidak itu urusan Allah. Allahlah yang memberi petunjuk. Allah pula lah yang menggerakkan hati hambanya untuk menerima nasihat.
Kita tidak perlu memaksa obyek yang kita nasihati untuk melaksanakan setiap nasihat kita. Kita juga tidak perlu bersedih jika nasihat kita tidak diindahkan. Langkah terakhir setelah menasihati adalah adalah mendoakan mereka, boleh jadi sentuhan doa justru lebih mengena daripada nasihat lewat lisan.