Oleh: M. Fauzan Imron*
Talas adalah sungai yang terletak di kawasan Kyrgyzstan dan Kazakhstan modern, tempat ini cukup populer di kalangan sejarawan karena ditempat ini terjadi peristiwa The Beatle of Talas River atau Perang Talas.
Pertempuran Talas, peperangan antara Dinasti Abbasiyah dari Arab dan Dinasti Tang dari Cina pada tahun 751 adalah perang memperebutkan kekuasaan di Syr Darya atau yang kita kenal dengan sebutan Sihun yang terjadi di sungai Talas. Pada Juli 751/ Dzul Hijah 133 Hijriyah, Bani Abbasiyah memulai serangan besar-besaran terhadap pasukan Cina di sungai Talas; 200.000 tentara Muslim melawan 10.000 tentara Tang dan 20.000 tentara bayaran Karluk. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan Bani Abbasiyah. Dari 10.000 Tentara Tang yang dikirimkan ke perbatasan, hanya kurang dari 2000 orang yang kembali dengan selamat.
Latar belakang
Dinasti Tang (618-906) melakukan invansi militer untuk melebarkan pengaruhnya di Asia Tengah. Namun musuh yang paling sulit yang dihadapi oleh Dinasti Tang adalah kekaisaran Tibet, yang didirikan oleh Songtsan Gampo.
Dan setelah Raja Tibet Ke-I yang bernama Srong-btsan (Songtsen Gampo) meninggal pada tahun 649 M, barulah kekuatan Tibet mulai melemah. Setelah 20 Kemudian, yaitu pada tahun 670 M, Cina merebut wilayah strategis penting di Cekungan Tarim yang telah dimiliki Tibet. Pada abad tahun awal 700 M, Cina berhasil merendam pemberontakan Tibet yang membentuk kerajaan-kerajaan kecil di sisi belakang Tibet, yaitu Kashmir, Pamir dan Pegunungan Hindu Kush. Pada tahun 747 M, Cina mengirim tentara yang dipimpin oleh Jendral entis Korea terkenal yang bernama Kao Hsien Chin alias Go Seong-ji menyeberangi Pegunungan Pamir menuju Kerajaan Gilgit dan kemudian pejabat Gilgit yang mendukung Tibet dipenggal.
Setelah Dinasti Tang berhasil menguasai Kawasan Asia Tengah sepenuhnya, muncullah kekuatan Islam di Timur Tengah, Rasulullah wafat pada tahun 632, dan umat Muslim di bawah kendali Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayyah kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Abbasiyah dengan cepat melakukan penaklukan-penaklukan di wilayah luas di bawah kekuasaan mereka. Dari Spanyol dan Portugal di barat, di Afrika Utara dan Timur Tengah, dan ke kota-kota oasis Merv, Tashkent, dan Samarkand di timur, Arab penaklukan dengan kecepatan mengagumkan.
Pada 750 M, terjadi pertempuran antara Kerajaan Ferghana (Farghanah) dan Kerajaan Chach (Syasy) menyebabkan Kerajaan Ferghana mencari bantuan militer Cina. Kao Hsien Chin sebagai gubernur Kucha (sekarang Xinjiang, China) membantu Kerajaan Ferghana dengan menyerang Kerajaan Chach dan memenggal sang raja. Putra dari penguasa Chach melarikan diri dan meminta bantuan kepada Abu Muslim, gubernur Kekhalifahan Bani Abbasiyah di Khurasan.
Abu Muslim mengerahkan pasukannya di Merv (Turkmenistan) dan Tukharistan (utara Afghanistan) menuju Samarkand dan bergabung dengan tentara dari Transoxania yang dipimpin oleh Ziyad bin Shalih, mantan gubernur Kekhalifahan Bani Umayyah (Muawiyyah) dari Kufah di Uzbekistan. Dzul Hijah 133 H / Juli 751 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di dekat Kota Talas atau Taraz di Sungai Talas, Kirgiztan. Selama dalam pertempuran, sekitar 20 ribu pasukan Cina dari suku Karluk membelot dan menyerang pasukan Cina dan juga Kerajaan Ferghana mundur dalam peperangan. Padahal Kerajaan Ferghana merupakan sukutu Tentara Cina dalam perang ini.
Pasukan Dinasti Tang mulai memikirkan strategi untuk mundur akibat diserang dari arah depan oleh Arab dan dari sisi Samping oleh tentara Karluk, dan tentara Tang tak dapat lagi menahan posisi mereka dan atas komando Gao Xianzhi dengan bantuan Li Siye untuk menghindari kerugian lebih besar pesukan Cina akhirnya perlahan-lahan mundur dari porsinya. Walaupun tentara Tang mengalami kekalahan besar tetapi tentara Tang berhasil mengakibatkan kerugian maksimal pada tentara Arab karena komandan Li Siye yang bermaksud meninggalkan sisa tentaranya dan menyelamatkan diri dicela oleh Duan Xiushi, sebagai seorang perwira, harga diri Li Siye tercabik dan ia merasa amat malu maka Li Siye pun bangkit memimpin sisa tentara Tang dan melawan tentara Arab yang mengejar dalam penarikan mundur mereka.
Setelah Pasukan Cina dikalahkan dan berhasil dipukul mundur oleh pasukan Ziyad bin Shalih maka Kekhalifahan Bani Abbasiyah secara penuh berkuasa di Asia Tengah sampai waktu yang lama.
Dampak dari Kekalahan Tentara Cina di Perang Talas Pertempuran
Talas membawa dampak perubahan besar dalam bidang agama, politik, budaya maupun ekonomi bagi dunia Arab, Cina maupun barat.
Hal ini tampak dari beberapa hal: Pertama, Dinasti Abbasiyah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam serta secara politik kawasan Asia Tengah berada di bawah kendali Dinasti Abbasiyah.
Kedua, Dinasti Tang mulai kehilangan pengaruhnya di Asia Tengah, hal ini diperparah keadaan Internal Dinasti Tang yang buruk sehingga muncul banyak Pemberontakan membuat Dinasti Tang semakin dan mulai kehilangan kekuatan serta kekuasaan. Akibatnya seluruh pengiriman upeti bangsa Asia Tengah kepada Dinasti Tang dialihkan pengirimannya kepada bangsa Arab, Tibet, dan Uighur. Kiblat budaya Asia Tengah yang awalnya berkiblat pada budaya orientalis pun berubah pada budaya Arab. Jika dikalkulasi Cina kehilangan pengaruh dan kekuasaan selama hampir 1.000 tahun di Asia Tengah. Sampai akhirnya Pada 1755 M, Kaisar Qian Long dari Dinasti Qing (Manchu) dari Cina mengerahkan pasukan dan menempatkan gubernur di Kulda (Yining) dan wakil gubernur di Tihuai (Urumqi) dan Kashgar (Yarkand). Cina modern melanjutkannya dengan cara kekerasan dan berlaku diskriminasi pada warga di Asia Tengah.
Ketiga, agama Islam mulai masuk dan menyebar segera setelah pertempuran selesai kepada bangsabangsa Asia Tengah khususnya Turki dan memberikan pengaruh yang kuat di budaya Asia Tengah, sampai saat ini agama Islam dianut oleh sebagian besar masyarangkat Asia Tengah. Dengan dukungan Bani Abbasiyah bangsa Karluk mendirikan sebuah negara bebas yang pada akhir abad ke 9 bergabung dengan Kekhanan Kara-Khanid.
Keempat, sistem pembuatan kertas mulai dikenal dalam dalam dunia Islam, hal ini dikarenakan orang-orang Cina yang ahli dalam membuat kertas banyak yang ditawan dan dijadikan budak yang dikirimkan ke kota-kota besar Islam, sehingga dalam sekejap kota-kota besar seperti Baghdad, Kairo, dan Samarkand memproduksi kertas secara besarbesaran, sampai tiga abad kemudian orang-orang Eropa mengenal produksi kertas dari orang Arab lewat Perang Salib.
*penulis adalah santri Sidogiri asal Pasuruan