Pertempuran Sagrajas atau Zallaqah adalah pertempuran pasukan muslim melawan tentara Kastila yang terjadi di Badajoz, perbatasan Spanyol-Portugal pada tahun 1086 M/479 H.

Latar Belakang

Pada tahun 399 H. Hijriyah kekuatan Dinasti Umayah di Andalusia melemah, hal ini disebabkan meninggalnya Sultan al-Mudzaffar bin al-Mansur pada. para penerusnya tidak ada yang cakap memimpin kerajajaannya, sehingga pada tahun 422 H. Dinasti Umayyah runtuh dan menjadi kerajaan-kerajaan kecil atau Tawaif.

Masalah internal tidak hanya berhenti sampai di situ, para pemimpin Tawaif saling bertikai satu sama lainnya dan bahkan rela beraliansi dengan Krajaan Spanyol Kastila untuk menyerang sesama Muslim. Dan inilah awal mula malapetaka kaum Muslimin, pertikaian internal yang dijadikan kesempatan oleh Spanyol untuk merebut kembali tanah yang dikuasai kaum muslimin.

Diawali dengan persengkongkolan Sevilla pimpinan Ibn Imad dan Kastilla dibawah komando Alfonso VI untuk menyerang Toledo, akhirnya Alfonso VI mengambil alih sepenuhnya komando untuk mencaplok Toledo, Zaragoza dan wilayah-wilayah sekitarnya bahkan meminta upeti pada sekutunya, kerajaan Sevilla.

Diawali dengan persengkongkolan Sevilla pimpinan Ibn Imad dan Kastilla dibawah komando Alfonso VI untuk menyerang Toledo, akhirnya Alfonso VI mengambil alih sepenuhnya komando untuk mencaplok Toledo, Zaragoza dan wilayah-wilayah sekitarnya bahkan meminta upeti pada sekutunya, kerajaan Sevilla.

Persiapan Bertempur

Sebelum memutuskan untuk berperang, Yusuf bin Tasyfin terlebih dahulu mengirimkan surat kepada Alfonso VI. Dalam suratnya Yusuf berkata: “Aku mendengar bahwa kamu ingin punya kapal-kapal yang banyak agar bisa menyeberangi lautan demi menuju daerah kami. Kini kami datang kepadamu, dan engkau akan tahu sendiri akibat dari keinginanmu itu. Dan aku wahai Alfonso menawarkan beberapa opsi padamu, masuk islam, membayar Jizyah atau perang.? Saya beri Anda waktu tiga hari”. Alfonso VI menjawab: “Aku memilih perang, apa maumu?”, Yusuf membalikkan surat tersebut dan menulis balasannya di kertas yang sama, “Jawabannya adalah apa yang akan kau lihat dengan mata kepalamu nanti, bukan apa yang kau dengar dengar telingamu, keselamatanlah bagi yang mengikuti petunjuk”. Alfonso kembali membalasnya dengan penuh tipu muslihat: “Besok adalah hari Jumat, hari raya orang Islam, dan kami tidak ingin berperang pada hari itu. Sabtu adalah hari raya orang Yahudi sementara dalam pasukan kami banyak prajurit Yahudi. Adapun hari Ahad adalah hari raya kami, bagaimana kalau peperangnya kita tunda hingga hari Senin?

Namun Yusuf sudah melihat gelagat buruk yang dipelihatkan Alfonso, atas bantuan Mu’tamid, Yusuf mengirimkan mata-mata, dan benar saja pada hari jumat 12 Rajab 479 mata-mata utusan Yusuf melaporkan keberangkatan Alfonso VI untuk menyerang Muslimin, dan ini langsung direspon oleh Yusuf dengan menyiapakan tentara yang cukup dalam menghadapi gempuran pasukan Alfonso.

Sebelum pertempuran dimulai, pada malam harinya seorang Ulama yang bernama Ibnu Rumailah bermimpi bertemu Rasulullah yang mengabarkan kepadanya bahwa kemenangan akan datang dan ia akan gugur Syahid di jalan Allah. kemudian berita itu cepat menyebar yang membuat motivasi para pasukan semakin meningkat dan mimpi itu menjadi kenyataan.

Pertempuran yang Menentukan

Yusuf bin Tasyfin sebagai komandan tertinggi membagi pasukan muslimin menjadi 3 divisi. Divisi pertama adalah divisi orang-orang Andalusia yang dipimpin oleh Al-Mu’tamad dengan jumlah pasukan 15.000 personil. Pasukan ini berada di barisan terdepan.

Divisi kedua adalah divisi campuran antara pasukan Andalus dan Maroko yang dipimpin oleh Daud bin Aisyah, panglima asal Maroko dengan jumlah pasukan 11.000 personil. Pasukan ini berada pada barisan kedua.

Divisi ketiga adalah divisi cadangan yang sebagian besar pasukannya adalah orang-orang Maroko yang dipimpin langsung oleh Ibnu Tasyfiin. Jumlahnya sebanyak 4000 personil.

Baca juga: Sang Pengembali Pamor Islam di Mata Dunia

Awalnya divisi I pasukan Al-Mu’tamid bertempur sendirian melawan Alfonso VI, lalu divisi kedua membantu dan mengepung Alfonso VI dan pasukannya. Pasukan Alfonso panik dan mulai kehilangan posisinya, lalu divisi ketiga yang dipimpin Yusuf datang menyerang dan menyelesaikan pertempuran. Yusuf dan sebagian pasukannya membakar kemah pasukan Kastilla, kobaran api yang menghanguskan kemah-kemah musuh membuat pasukan Alfonso panik, konsentrasi mereka terpecah, mereka dihadapkan pada pilihan antara kembali untuk menjaga kemah atau tetap menyerang pasukan Muslimin.

Tak lama kemudian Alfonso dan prjuritnya berhasil dikepung, Alfonso sendiri terkena luka serius di bagian kakinya berhasil melarikan diri bersama pasukan tersisa ke semak-semak di waktu malam, dengan izin Allah kemenangan diraih oleh kaum Muslimin. Dan sebagaimana mimpinya, Ibnu Rumailah gugur dalam pertempuran tersebut.

Menurut sumber asli pertempuran, korban dari pihak Alfonso amat besar (lebih dari 59.500 tewas). Hanya sekitar 100 kesatria yang berhasil kembali ke Kastilia, termasuk Alfonso VI sendiri yang kehilangan salah satu kakinya.

Tempat dan juga peristiwa Perang itu diberi nama perang Zallaqah lantaran darah yang mengalir dari para pasukan yang gugur mengalir deras hingga membuat kaki-kaki kuda pasukan terpeleset jatuh beserta penuggangnya.

Dari kemenangan itu kaum Muslimin bisa dengan tenang mempertahankan dataran Andalusia hingga lebih dari tiga ratus tahun kemudian.

Fauzan Imron/sidogiri

Spread the love