DI Jl. Merdeka Barat no. 3, tepat di depan alun-alun kota Malang Jawa Timur, terdapat sebuah Masjid Agung Jamik yang cukup megah, dengan perpaduan arsitektur Jawa dan Arab. Arsitektur Jawa nampak dari bentuk atap bangunan masjid lama yaitu tajuk tumpang dua dan tajuk tumpang tiga. Sedangkan arsitektur Arab terlihat dari bentuk kubah, menara-menara masjid, dan lengkung pada bidang-bidang pintu serta jendela masjid.
Masjid Agung Jamik Malang didirikan sekitar tahun 1875 M oleh seorang bupati yang tidak ditahui jelas identitasnya. Ada pula riwayat lain yang menyatakan bahwa masjid tersebut didirikan pada tahun 1890 M. Menurut sejarah yang disepakati, masjid tersebut mengalami pemugaran sebanyak dua kali. Pemugaran pertama terjadi pada tahun awal didirikannya, sedangkan pemugaran kedua terjadi pada tanggal 15 Maret 1903 M yaitu pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Suryo Diningrat.
Pada mulanya, bangunan masjid tersebut berbentuk bujur sangkar, berstruktur baja dengan atap tajuk tumpang dua. Bangunan asli ini masih dipertahankan hingga saat ini dan merupakan bangunan induk bagian barat. Bangunan induk ini ditopang dengan empat tiang yang merupakan filosofi dari empat sifat para Nabi, dan memiliki enam jendela yang menunjukkan enam rukun iman. Pada enam jendela itu tertulis nama Allah, Muhammad, dan Khulafa Rasyidun yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
Karena kepentingan masjid semakin bertambah, maka masjid tersebut kemudian dikembangkan lagi dengan menambah bangunan baru di bagian depan. Nah, bangunan baru ini berbentuk bujur sangkar, berstruktur kayu dengan atap tajuk tumpang tiga yang menunjukkan konsep filosofi tentang kelahiran, kehidupan, dan kematian manusia. Atap tajuk tumpang tiga itu ditopang dengan 21 tiang yang menggambarkan 20 sifat wajibnya Allah dan 1 sifat jaiz-Nya.
Adapun pembangunan tempat wudhu yang lebih representatif pertama kali dilakukan pada tahun 1950 M. Pada tahun itu pula, dibangun ruang pertemuan dan ruang administrasi masjid di lantai 2 gedung bagian selatan, tepat di atas tempat wudhu pria. Sedangkan pada tahun 1980 M dilakukan pembangunan tempat wudhu baru, dilengkapi dengan tempat penitipan sandal, tas, WC pria, dan balai pengobatan “Asy-Syifa’” di samping bangunan PLN.
Bangunan masjid bagian utara (bekas kantor agama) dibangun pada tahun 1987 M dengan 4 lantai dan selesai pada tahun 1992 M. Lantai 1 untuk tempat wudhu wanita dan tempat penitipan barang, lantai 2 untuk Kantor Ta’mir Masjid, lantai 3 untuk studio 99,8 Madina FM Masjid Agung Jamik Malang, dan lantai 4 untuk madrasah diniyah yang dikelola oleh pengurus yayasan.
Melihat bangunan masjid yang sudah tua dan jumlah jamaah yang meningkat, maka pada tahun 1997 M dibentuklah penitia pembangunan Masjid Agung Jamik Malang untuk melakukan renovasi dan pembongkaran ulang pada bangunan masjid bagian selatan. Akhirnya, dilakukanlah pembangunan tiga lantai; lantai 1, masih seperti sebelumnya, untuk tempat wudhu pria, lantai 2 untuk tempat shalat tambahan, dan lantai 3 untuk kantor TPQ Madinah. Juga, menara masjid yang sebelumnya berukuran 15 m direnovasi menjadi setinggi 41 m. Pembangunan ini rampung pada 21 Juli 2000 M dan diresmikan oleh Menteri Agama RI, KH. Tholhah Hasan.
Baca juga: Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Saksi Sejarah Kejayaan Kesultanan Banten
Selanjutnya, pada tahun 2001, selain telah membeli toko salon di samping utaranya, pengurus Masjid Agung Jamik Malang juga berhasil membeli toko olah raga di samping toko salon itu. Dan pada tahun 2002, pengurus masjid menerima hibah tanah dari H. Arifin Harianto di bagian belakang masjid sebelah kiri seluas 50 m2 (sekarang toilet dan tempat mandi jamaah pria). Setelah mendapatkan beberapa lahan tersebut, dilakukanlan perluasan masjid pada 28 Maret 2010 M dan rampung pada sekitar 2014 M.
Di lantai 2 gedung Masjid Agung Jamik Malang bagian selatan, di atas balai pengobatan “Asy-Syifa’”, terdapat perpustakaan kecil dengan koleksi beberapa kitab dan buku yang cukup lengkap. Mulai dari Fikih, Tafsir, Hadis, Filsafat, Tasawwuf, Tauhid, Sejarah, Bahasa Arab, dan Kisah-kisah Islami Anak. Dan hebatnya lagi, Masjid Agung Jamik Malang ternyata memiliki panti asuhan yang saat ini sudah menampung sekitar 120 anak yatim.
Dalam mencukupi kebutuhan air untuk wudhu, toilet, dan mandi, takmir Masjid Agung Jamik Malang telah berupaya membuat sumur bor arthesis pada 10 Maret 2010 M. Ternyata, pengeboran yang mencapai kedalaman 205 m itu menghasilkan air yang sangat banyak. Air itu dapat naik sendiri tanpa perlu bantuan mesin pompa. Sumur bor arthesis dapat mengalirkan air dengan ketinggian 11 m dari permukaan tanah, dengan debet air 15L/detik. Lalu dilakukan uji coba kualitas air oleh PDAM Malang. Hasilnya, dinyatakan bahwa air sumur bor arthesis tersebut memenuhi syarat untuk dikonsumsi sebagai air mineral. Dengan adanya air yang melimpah, Masjid Agung Jamik Malang tidak pernah kekurangan air, bahkan dapat memproduksikan air “Q Jamik” dengan ekstra oksigen yang dipasarkan di Malang dan sekitarnya.
Ali Wafa Yasin/sidogiri