Provinsi Aceh memang telah lama dikenal dengan daerah yang sangat kental akan nuansa Islam. Apalagi sudah tak asing lagi dengan sebutan “Kota Serambi Makkah“. Kultur budaya dan adat istiadat melayu juga akan terasa jika berkunjung ke provinsi yang terletak di ujung Pulau Sumatra ini. Tak heran, jika banyak ditemukan masjid dengan beragam gaya arsitektur yang tak bisa dipungkiri keindahannya. Salah satunya adalah Masjid Agung Meulaboh yang menjadi salah satu masjid kebanggaan masyarakat Aceh.
Masjid Agung Meulaboh merupakan salah satu masjid terbesar yang ada di Aceh. Keindahan dari masjid ini sudah tak perlu diragukan. Bahkan masjid ini masuk dalam 100 Masjid Terindah di Indonesia yang merupakan sebuah buku buah karya Teddy Tjokrosaputro dan Aryananda. Masjid ini terkenal akan luas halaman serta arsitektur yang memadukan antara gaya Aceh, Timur Tengah, dan Asia. Secara administratif, Masjid Agung Meulaboh berada pada Jalan Imam Bonjol 100, Desa Seuneubok, Kec. Johan Pahlawan, Meulaboh, Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh. Untuk menuju ke lokasi masjid ini, pengunjung setidaknya harus menempuh jarak 3 kilometer dari pusat Kota Meulaboh. Masjid ini merupakan tempat berkumpul para jamaah khususnya dari masyarakat Meulaboh.
Sejarah Masjid Agung Meulaboh
Ide dari pembangunan masjid ini pertama kali muncul dari Malik Ridwan Badai, SH yang ketika itu adalah Bupati Aceh Barat. Dibantu dengan tokoh masyarakat setempat, pemerintah merancang pilar pembangunan yang terdiri dari 3 bidang. Perencanaan pembangunan masjid mucul dikarenakan Masjid Nurul Huda yang dulunya menjadi masjid utama Kabupaten Aceh Barat tak lagi bisa menampung jumlah jamaah.
Pembangunan masjid pun dimulai pada tahun 1987 dengan ditandai dengan peletakan batu pertama. Pada mulanya, Masjid Agung Meulaboh direncanakan akan menganut desain mirip Taj Mahal yaitu didominasi warna putih. Namun rencana tersebut urung dilaksanakan, desainnya pun lebih modern dengan mengikuti tren yang ada.
Masjid Meulaboh ini memiliki luas bangunan sekitar 3.500 meter persegi, dan dibangun diatas lahan seluas 5,2 hektar. Konon, masjid ini mampu menampung hingga 7.000 jamaah secara langsung. Peresmian Masjid Agung Meulaboh sendiri dilakukan tepatnya pada tanggal 1 Juni 1999.
Dalam pemilihan nama sendiri sempat muncul beberapa gagasan sebagai nama lain dari masjid ini. Beberapa nama yang menjadi usulan adalah, Darussalam, Al Huryah, Al Achsan, Al Hilal dan masih banyak lagi. Namun nyatanya dari beberapa nama yang diusulkan tersebut, tak ada satu pun nama yang dipilih menjadi nama masjid ini.
Akhirnya pada tahun 2008, dengan Surat Keputusan Bupati serta persetujuan dari Majelis Permusyawaratan Umum Aceh Barat disahkan nama masjid ini dengan Masjid Agung Baitul Makmur. Namun, masyarakat sekitar masih banyak menyebut masjid ini dengan nama Masjid Agung Meulaboh.
Dari beberapa masjid yang terletak di Provinsi Aceh, Masjid yang satu ini tak kalah indahnya bila dilihat dari sentuhan seni arsiteknya pada gaya dan nuansa fisik bangunannya. Bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh tampak sangat menonjol dengan gaya arsitektur perpaduan Timur Tengah, Asia, dan Aceh serta pemilihan warna cokelat cerah yang dikombinasikan dengan warna merah bata di kubah masjid. Ciri khas masjid yang dapat dilihat secara kasatmata adalah tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur Timur Tengah dan Asia. Lebih-lebih bila dilihat dari jauhan terlihat dua menara yang menjulang keatas, menambah kemegahan fisik indah masjid. Di samping itu dua menara tersebut dapat berfungsi sebagai landmark Kota Meulaboh wilayah setempat.
Tidak hanya itu, Masjid Meulaboh memiliki pintu gerbang yang sangat anggun yang bediri kokoh dengan jarak beberapa meter dari masjid ini. Di dalam masjid terlihat dua konsep ruang yang berbeda. Pertama, ruangan yang memiliki banyak tiang penyangga lantai dua sebagai mezzanine. Di bagian tengah terdapat ruang lapang yang terasa sangat lega dengan ornamen lampu hias tepat di tengahnya. Inspirasi gaya arsitektur Timur Tengah juga terlihat dari bentuk mihrab. Mihrab masjid didominasi warna cokelat dan nuansa keemasan khas material perunggu dengan ornamen khas Islam. Kesan mewah dan sejuk langsung terasa saat menatapnya.
Baca juga: Gua Akbar dari Markas Berandal Menjadi Markas Ulama
Selain sebagai tempat ibadah, masjid Meulaboh juga memiliki fungsi pendidikan, lengkap dengan Madrasah Tsanawiyah, Ibtidaiyyah, Dinniyyah, TK Al-Quran yang bernuansa Islami di dalam masjid ini. Tentu saja pengurus Masjid Meulaboh tidak berhenti disitu saja, namun akan terus menambah fasilitas pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. Demi terwujudnya amal jariah dan berkembangnya pendidikan khususnya bagi para warga masyarakat sekitar.
Moh Baihaqi/sidogiri