SERINGKALI kami mendengar bahwa agama Islam adalah agama yang rasional, ilmiah dan berbeda dengan agama-agama yang lain. Karena itu, siapa saja yang melakukan penalaran rasional dan ilmiah, bisa dipastikan bahwa dia akan sampai pada kebenaran yang telah ditetapkan oleh Islam. Namun, dari sini kami timbul suatu pertanyaan: bahwa jika memang Islam itu agama ilmiah, lalu kenapa ada banyak sekali ilmuwan yang tidak masuk Islam?
JAWABAN
Pertama-tama perlu diketahui bahwa Islam sebagai agama yang rasional dan ilmiah memang benar adanya, dalam arti bahwa jika seseorang berpikir secara ilmiah yang jujur, terbebas dari berbagai kepentingan, fanatisme, dan hawa nafsu, maka ia bisa sampai pada kebenaran hakiki yang ditunjukkan Islam. Karena itu, olahpikir ilmiah yang dilakukan oleh siapapun dengan latar belakang dan agama apapun, bisa menyampaikan pada kebenaran Islam.
Namun demikian, mengetahui kebenaran sesuatu tidak meniscayakan mengikuti atau mengakuinya. Orang-orang kafir Quraisy pada masa lalu mengetahui dan menyadari bahwa Nabi adalah Nabi yang sebenarnya. Begitu pula orang-orang Yahudi di zaman Nabi, mereka juga tahu dan menyadari bahwa Nabi Muhammad itulah Nabi terakhir yang mereka tunggu-tunggu, sebagaimana dikabarkan oleh kitab suci mereka. Namun, fanatisme, kedengkian, atau ketakutan akan hilangnya kekuasaan dan pengaruh telah menghalangi mereka untuk mengakui kenabian beliau dan kebenaran Islam.
|BACA JUGA : KITAB PENGANTAR MEMAHAMI TAKDIR
Hal demikian, karena peran ilmu atau pengetahuan yang ada pada setiap orang hanya untuk mengungkap sesuatu, dan tidak berperan untuk menggerakkan seseorang untuk mengikuti apa yang diketahuinya itu. Sedangkan aspek penggerak dalam diri seseorang adalah hati dan segenap perasaan dan hasrat yang muncul darinya, seperti rasa takut, ingin, benci, sayang, marah, dan lain sebagainya.
Karena itu, jika ada ilmuwan telah sampai pada pengetahuan tentang kebenaran Islam, tetapi ia tidak masuk Islam, maka hal itu sama sekali tidak mengejutkan. Boleh jadi dia tahu Islam benar, tetapi ada hal-hal yang menghalanginya untuk memeluk Islam, seperti gengsi, takut dikucilkan, takut tidak populer, takut kehilangan jabatan, dan lain sebagainya.