Wanita adalah harta terbaik. Maka, tidak logis rasanya jika wanita senang mengejar harta lain selain dia. Bak permata, naluri wanita itu dimilki, bukan memilki. Dikejar, bukan mengejar. Tidak baik jika dia mengurusi seberapa kaya pria yang datang melamarnya, atau betapa miskinnya pria itu, karena permata tidak pernah memandang siapa tuan yang beruntung memilkinya. Kalau dia sibuk mengungkit masalah itu, berarti dia keluar dari fitrah kewanitaannya.
Perumpamaan di atas penulis persembahkan untuk wanita yang terlalu gila harta; matre. Kata ‘matre’ mungkin tidak kita jumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun dalam kenyataannya, ‘matre’ sudah mendarah daging di tubuh masyarakat Indonesia. Dari sekian orang mendefinisikan, ada yang bilang bahwa ‘matre’ itu berasal dari kata materai, karena materai identik dengan hal-hal yang berhubungan dengan uang. Kesimpulannya, ‘cewe matre’ itu asalnya dari cewe materai, wanita yang gila uang. Padahal, dari sahabat Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda (artinya): “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau pengembara.” (HR. Imam al-Bukhari)
Seorang pengembara tentu hanya membawal bekal ala kadarnya untuk sampai ke tempat yang dituju.
Begitu pula dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini, hanya membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan hidupnya, jangan sampai dibuat gila.
Baca Juga: Kaulah Idaman Yang Sesungguhnya!
Karakter yang seharusnya dilatih oleh para wanita adalah merasa cukup dengan pemberian Allah SWT kepadanya (qanâah). Di samping sifat seperti ini sangat didamba oleh para pria darinya, Nabi pernah bersabda (artinya):
“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, rezekinya cukup, dan Allah SWT membuatnya merasa cukup dengan pemberian-Nya.” (HR. Imam Muslim)
Wanita juga seharusnya istikamah memperbaiki dirinya menjadi lebih baik. Memperkuat imannya agar lebih kuat, bukan malah pusing memikirkan harta. Kebaikan yang terus dia usahakan, menunjukkan seberapa baik pasangannya. Begitu pula, keburukan yang membuatnya lalai, mengindikasikan seberapa buruk pendampingnya. Allah SWT berfirman dalam surah an-Nûr: 26 (artinya): “Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula). Wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah buat wanita-wanita yang baik (pula).”
Lagi pula, harta yang dikejar nantinya akan sirna, kekuasaan seorang pria akan runtuh, bangsanya pun akan binasa. Akan tetapi, jika yang dielu-elukan adalah ketakwaannya, maka Allah SWT akan mendatangkan rezeki yang tidak disangka-sangka, serta memberikan solusi bagi setiap kesulitan yang mendera. Allah SWT berfirman dalam surah ath-Thalâq: 2-3 (artinya):
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dari sini, seharusnya seorang Ayah tidak boleh terlalu mempersulit laki-laki yang melamar putrinya. Jangan sampai harta yang dijadikan tolak ukur, karena yang disunahkan untuk ditawari oleh seorang wali bukan yang bergelimang harta, melainkan yang salih. Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari menyatakan bahwa disunahkan bagi wali menawarkan putri yang menjadi tanggung jawabnya (untuk dinikahi) kepada orang-orang salih. Sayid al-Bakri bin Sayid Muhammad Syatha ad-Dimyati menambahkan, “Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Syuaib kepada Nabi Musa, Sayidina Umar kepada Sayidina Utsman dan Sayidina Abu bakar.”
Jangan khawatir anak putrinya miskin, apalagi tidak makan. Allah Ta’ala menjamin semua kebutuhan kedua pasutri yang menikah dengan firman-Nya dalam surah an-Nûr: 32 (artinya):
“Nikahkanlah orang-orang yang tidak memilki pasangan (laki-laki ataupun wanita) di antara kalian, dan budak-budak laki-laki dan perempuan kalian yang sudah layak menikah. Jika mereka miskin, Allah SWT akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.”
Baca Juga: Agar Cinta Selalu Bersemi
Kabahagiaan sejati dalam berumahtangga tidak melulu dikaitkan dengan harta, karena harta itu termasuk dari bagian dunia yang akan habis seiring dengan masa. Berbeda dengan iman dan takwa. Meskipun empunya sudah meninggal, aroma iman dan ketakwaannya masih ada, masih berguna diakhirat, tidak seperti harta yang hanya berguna di dunia fana. Memang, harta dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan logistik keluarga, tapi jangan sampai menjadi tujuan utama. Jadikanlah harta sebagai wasilah untuk menunjang kebutuhan akhirat, jangan hanya dibuat foya-foya untuk memuaskan nafsu belaka. Apalagi digunakan untuk bermaksiat yang menjerumuskan ke neraka.
Contohlah para ummul mukminin yang mulia bukan dengan hartanya, melainkan ketakwaannya. Sayidah Aisyah, Sayidah Fathimah, dan Ummul mukminin yang lain tetap mulia dengan kefakirannya. Sayidah Khadijah, sekalipun beliau kaya, tapi harta tidak merasuk ke dalam hatinya, bahkan semua hartanya habis untuk membantu perjuangan Rasulullah di jalan Allah.
Wahai para wanita janganlah menjadi matre, kasihanilah para lelaki yang berniat mempersunting kalian.
Mereka tidak mampu dengan mahar terlalu tinggi yang dipatok oleh kalian. Padahal, jumlah wanita di akhir zaman terus bertambah melebihi para lelaki. Pada akhirnya, kejadian miris pun terjadi. Banyak lelaki miskin yang hasrat birahinya tidak terpenuhi. Para wanita single pun semakin banyak, tidak ada suami yang menjaga. Terjadilah kasus pemerkosaan di mana-mana, pelecehan di sana-sini. Meskipun mahalnya mahar tidak selalu menjadi faktor utama, namun tetap menjadi alasan kuat perbuatan para lelaki bejat semacam ini.
Kecantikan wanita tidak selalu dinilai dari mahalnya perawatan tubuh, wajah, dan rambut. Tidak mesti dengan baju yang fantastis. Kecantikan seperti itu akan tiada. Percantiklah agama dan akhlak kalian, karena hal itu akan kalian bawa mati. Bersederhanalah. Jangan nodai kecantikan kalian harta!
Ifan Afandy/sidogiri