MEWUJUDKAN INDONESIA YANG BERPENGETAHUAN
Pengetahuan Batavia yang merupakan lembaga kebudayaan Indonesia. Lembaga tersebut didirikan pada masa Hindia Belanda, tepatnya pada 24 April 1778.
Dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen lahirlah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980 yang merupakan gabungan dari empat unit perpustakaan di lingkungan depdikbud, yakni Perpustakaan Museum Nasional berada di Jl. Medan Merdeka Barat 12 Jakarta Pusat, Perpustakaan SejarahPolitik dan Sosial berda di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, perpustakaan wilayah DKI Jakarta, dan bidang bibliografi dan deposit pusat pembinaan perpustakaan.
Pada tahun 1982 Perpustakaan Nasional mendapat pinjaman gedung di Jl. Imam Bonjol No. 1 yang difungsikan sebagai kantor. Baru pada tahun 1989, Ibu Tien Soeharto selaku ketua dari Yayasan Harapan Kita memberikan lahan di Salemba Raya yang terdiri daritiga blok gedung yakni blok B, C dan D untuk dimanfaatkan oleh Perpustakaan Nasional. Akhirnya, pada tanggal 11 Maret 1989 dilakukan peletakan batu pertama oleh Ibu Tien Soeharto pada saat pembangunan gedung perpustakaan Nasional RI di Jl. Salemba Raya No. 28A.
Kini, Perpustakaan Nasional telah membangun sebuah gedung baru yang berlokasi di Medan Merdeka Selatan 11, tepat sebelah selatan dari Monumen Nasional atau sekitar 6 km dari arah Jl. Salemba Raya No. 28A. Pembangunan ini adalah salah satu langkah nyata Perpustakaan Nasional untuk mewujudkan cita-citanya sebagai ikon peradaban ilmu pengetahuan dengan mengusung konsep “jendela dunia mandala pengetahuan yang tiada habisnya” yang dimaknai bahwa Perpustakaan Nasional menjadi sarana bagi seluruh Bangsa Indonesia untuk mengeksplorasi dunia dan seisinya dengan ilmu pengetahuan.
Visi dari Perpustakaan Nasional adalah terwujudnya Indonesia cerdas melalui gemar membaca dengan memberdayakan perpustakaan. Sementara misinya adalah terwujudnya layanan yang prima, terwujudnya perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, dan terwujudnya perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan
Perpustakaan Soeman H.S. Pekanbaru
Perpustakaan Soeman H.S. Pekanbaru Riau adalah salah satu perpustakaan dan penyimpanan arsip nasional yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman No. 462, Jadirejo, Kec. Sukajadi, Kota Pekanbaru, Riau 28126. Perpustakaan Soeman H.S. dibangun oleh pemerintah Provinsi Riau dengan APBD yang dianggarkan dalam gerakan pendidikan Riau Membaca. Kemudian pada tahun 2008 mantan Wakil Presiden, Bapak Muhammad Jusuf Kalla meninjau dan meresmikannya.
| BACA JUGA : SYAFII-ASYARI; SOLUSI CERDAS KEGADUHAN UMAT
Pemberian nama perpustakaan ini terinspirasi dari mengenang jasa pujangga asal Riau keturunan Tapanuli, Soeman Hasiboean. Sampai saat ini perpustakaan Soeman H.S. menjadi markas dan ikon baru pariwisata KotaPekanbaru yang pengunjungnya bisa mencapai sekitar 1000 orang perhari, baik dari dalam maupun luar daerah sendiri.
Desainnya cukup menarik berbentuk dampar al-Quran yang terbuka. Selain itu, di dinding-dinding luar bangunan Perpustakaan Soeman H.S. terdapat relief layaknya diorama beragama aktivitas berupa peristiwa dan perjuangan bangsa yang terjadi pada zaman penjajahan dan setelahnya.
Menurut Dr. Sudarto, arsitek bangunan Perpustakaan Soeman H.S. mengatakan, bentuk atap seperti dampar terbuka ini akan terus mengingatkan seseorang untuk selalu belajar dengan cara membaca, sebagaimana yang telah tertuang dalam al-Quran.
Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta
Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya. Hal ini karena di Yogyakarta terdapat sejumlah tempat yang bernilai edukasi dan pengembangan pengetahuan, seperti Perpustakaan Grhatama Pustaka. Perpustakaan yang terletak di Jl. Janti No. 344 Banguntapan Bantul Yogyakarta diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwana X pada tanggal 21 Desember 2015 di lahan seluas 2,4 hektar.
“Grhatama Pustaka ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi, pendidikan, penelitian, pelestarian, serta menjadi destinasi rekreatif edukatif bagi semua masyarakat. Sehingga terwujud masyarakat pembelajar yang berkarakter dan berbudaya,” ungkap Budin Wibowo, Kepala Badan Perpustaakn dan Arsip Daerah (BPAD) DIY.
Nama grahma pustaka diberikan langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwana X yang memiliki arti sebagai tempat menyimpan pustaka karena di dalamnya terdapat berbagai koleksi buku baru hingga buku langka, baik dalam bentuk buku, maupun digital.
Perpustakaan tersebut memiliki ciri khas empat minaret atau menara yang mencerminkan filosofi kesempurnaan masyarakat jawa, yaitu prakoso (sehat, kuat dan ulet), Wulung (matang dalam ilmu, bijak dalam setiap langkah), Wangi (ksatria harum namanya, halus tutur kata dan perilakunya, selalu mengharumkan sesama dan lingkungannya), Agung (baik dalam sifat, berwibawa dan tampilannya).