Sungguh sangat disayangkan, masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim hingga kini masih berselisih perihal sikap mereka terhadap konflik Israel-Palestina. Ada beberapa model kekonyolan persepsi dalam memandang penjajahan Israel atas Palestina. Pertama, memandang bahwa perseteruan antara kedua negara dan kedua bangsa itu tak ada kaitannya dengan agama sama sekali. Mereka bilang, itu adalah murni urusan politik belaka. Mereka berdalih bahwa Muslim dan Kristen di Palestina sama-sama tertindas, dan mereka melakukan perlawanan terhadap Zionis secara bersama-sama.
Bagaimanapun, persepsi itu tidak utuh, dan karenanya bisa menjebak umat Islam untuk tidak respek sama sekali kepada Palestina. “Ah, hanya urusan politik belaka”, barangkali begitu batin sebagian orang yang terpedaya oleh propaganda semacam itu. Padahal, jelas-jelas Israel mengklaim kepemilikan atas tanah Palestina dengan berdasarkan pada agama mereka, bahwa daerah itu adalah tanah yang dijanjikan kepada bangsa Israel sejak 3000 tahun yang silam. Jadi, kurang mendasar bagaimana aspek agama dalam persoalan ini? Terlebih, kita menyaksikan dengan sangat jelas bagaimana al-Quds terus menerus diteror, dan mulai diklaim sebagai Ibu Kota Israel!
Bahkan, seandainya motif di balik perseteruan Israel dan Palestina itu memang murni urusan politik, tetap tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mendukung Palestina, sebab Israel adalah penjajah, sedangkan amanat konsitusi Indonesia menegaskan bahwa “kemerdekaan adalah hak segenap bangsa, dan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Dan, jika kita mengikutsertakan perintah agama, “ al–Muslim akhul-Muslim” adalah amanah agama yang sangat jelas dan tegas untuk kita tunaikan dalam merespons penjajahan Israel atas Palestina ini.
|BACA JUGA: MOMENTUM BAGI SANTRI UNTUK BERKIPRAH
Kedua, memandang bahwa Israel vs. Palestina adalah konflik kemanusiaan yang setara, sehingga keduanya sama-sama salah, dan golongan ini merekomendasikan agar Palestina segera berdamai dengan Israel. Bagaimanapun, ini persepsi yang sangat lugu dan terpedaya oleh propaganda Israel dan AS. Sebab sebelum tahun 1948 belum ada negara Israel. Yang ada hanya Palestina. Kemudian Inggris melakukan penjajahan di wilayah itu, yang kemudian diserahkan pada Zionis Israel untuk melanjutkan penjajahan. Dan itu berlangsung hingga saat ini, menyebabkan hilangnya 90% tanah Palestina. Bahkan di Google nama Palestina sudah dilenyapkan dari peta dunia.
Maka, tidak ada ruang untuk menganggap bahwa itu merupakan konflik yang setara. Melainkan penjajah dengan terjajah. Perampasan tanah air dan yang direnggut tanah airnya. Sehingga, merekomendasikan agar Palestina berdamai dengan Israel sama halnya dengan mendukung penjajahan, sebab dengan demikian Israel akan mendapatkan legitimasi atas tanah Palestina yang mereka rampas, dan akan mendapatkan pengakuan dari negara-negara dunia. Tentu itu adalah bentuk ketidakadilan yang tidak bisa ditoleransi