Setelah mengunjungi hampir semua destinasi religi di Provinsi Banten, akhirnya kita ucapkan “Good bye Banten, See you later!”. Petualangan mengelilingi provinsi Banten memang melelahkan, tapi hal itu tak membuat pupus semangat kami untuk menelusuri jejak sejarah penyebaran Islam di Indonesia sambil memburu berkah—sebagai santri Sidogiri—dari para masyayikh Sidogiri dengan berkhidmah lil-ma’had dan lil-ummah.
Kali ini kita akan main-main di wilayah Jakarta Selatan, tepatnya di Jl. Kalibata Utara II No 84. Di sana, kami sempat berkunjung ke kantor INSISTS. Awalnya, kami hanya bermaksud melihat-lihat dan membeli koleksi buku baru yang diterbitkan oleh INSISTS. Namun, Ketika tiba di lokasi kami disambut hangat dan banyak berbincang-bincang dengan para pengurus INSISTS yang cukup mengagumi Pondok Pesantren Sidogiri karena turut getol memerangi idiologi sekularasime serta aliran sesat lainnya.
Sebutan INSISTS pasti terdengar sangat tidak asing bagi kalangan para peneliti kajian keislaman. Dan lebih tidak asing lagi dengan nama:
- Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, alumnus Pesantren Gontor dengan gelar doktor dari ISTAC (Direktur INSISTS).
- Dr. Adian Hisaini, meraih gelar Ph.D. dalam bidang peradaban Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilization–International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).
- Dr. Adnin Armas M.A, mahasiswa ISTAC yang menulis tesis master di bidang Sains Islam berjudul Fakhruddin al-Razi on Time.
- Dr. Ugi Suharto, pakar Ekonomi Islam alumnus ISTAC yang juga mengajar mata kuliah Sejarah dan Metodologi Hadis.
- Dr. Syamsuddin Arif, doktor dari ISTAC dan kemudian menulis disertasi keduanya di Frankfurt Jerman.
- Dr. Anis Malik Thoha, alumnus Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan yang dikenal sebagai pakar Pluralisme Agama.
Dan masih ada beberapa aktivis lain yang terlibat dalam proses berdirinya INSISTS seperti Dr. Nirwan Syafrin dan Muhammad Arifin Ismail. Para cendekia itu kemudian terlibat diskusi intensif dan kemudian mendirikan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations atau disingkat menjadi INSISTS, tepatnya pada hari Kamis, 1 Muharram 1424 (4 Maret 2003 M), di Desa Segambut, Kuala Lumpur, Malaysia. Berdirinya INSISTS kemudian ditandai dengan hadirnya Buletin INSISTS yang pertama, terbit pada 1 Muharram 1424. Saat itu semboyan INSISTS ialah “Berpikir besar, berbuatlah dari yang kecil!”
Buletin pertama INSISTS dicetak sekitar 150 eksemplar, dengan tebal 10 halaman, memuat tulisan Hamid Fahmy Zarkasyi berjudul “Cengkeraman Barat dalam Pemikiran Islam”. Buletin ini kemudian diedarkan ke Indonesia dengan infaq Rp 2.000. Edisi kedua (Shafar 1424/ April 2003 M) menurunkan tulisan Syamsuddin Arif berjudul ”Jejak Kristen dalam Islamic Studies”.
Kegiatan lain di masa awal berdirinya INSISTS ialah diskusi dwimingguan untuk para mahasiswa di Kuala Lumpur. Para cendekia yang aktif bergiat di dalam INSISTS secara bergantian mempresentasikan makalah ilmiah karya masing-masing untuk kemudian ditanggapi oleh yang lain.
Pada pertengahan 2003, Bapak Edi Setiawan, pemimpin penerbitan Khairul Bayan berkunjung ke Kuala Lumpur dan menziarahi kampus ISTAC, khususnya melihat-melihat koleksi perpustakaan kampus tersebut.
Setelah melihat-lihat ISTAC dan berdiskusi intensif dengan para cendekia INSISTS, Pak Edi mendesak agar para pemikir muda ini segera melakukan langkah yang nyata. Setelah diskusi berulang kali, diputuskanlah untuk menerbitkan majalah ISLAMIA. Naskah dan keredaksian ditangani oleh INSISTS. Seluruh redaksi bekerja secara sukarela. Sementara persoalan penerbitan dan pemasaran diserahkan kepada ahlinya. ISLAMIA sebenarnya sebuah jurnal ilmiah dalam bidang pemikiran Islam, yang diterbitkan dalam format majalah, untuk memudahkan pemasaran. Edisi pertama ISLAMIA langsung menggebrak dunia pemikiran Islam di Indonesia dengan mengangkat tema ”Tafsir versus Hermeneutika”.
Para peneliti INSISTS juga mengembangkan mata kuliah dan kursus-kursus Islamic Worldview. Mata kuliah Islamic Worldview telah diajarkan di sejumlah program pasca sarjana studi Islam. Tahun 2005-2009, mata kuliah ini diajarkan di Pusat Studi Timur Tengah dan Islam-Universitas Indonesia (PSTTI).
Secara personal, para peneliti INSISTS terus berkiprah dalam dunia pemikiran, baik melalui penulisan buku dan artikel, aktivitas ceramah, mengajar, diskusi, seminar, dan sebagainya. Di bidang penulisan, sejumlah buku karya peneliti INSISTS juga telah meraih prestasi penting. Buku Wajah Peradaban Barat (Dr. Adian Husaini) dan Tren Pluralisme Agama (Dr. Anis Malik Thoha) mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dalam Islamic Book Fair tahun 2006 dan 2007. Adnin Armas telah menulis sebuah buku yang sangat penting dalam studi al-Quran, Metode Bibel dalam Studi al-Quran: Kajian Kritis. Henri Shalahuddin MA, peneliti INSISTS yang lain, juga secara khusus memberikan kritik terhadap pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid, melalui bukunya, ”al-Quran Dihujat”. Dr. Syamsuddin Arif pun telah menulis sebuah buku penting: Orientalisme dan Diabolisme Intelektual.
Kini INSISTS berkantor di Jl Kalibata Utara II No 84. Jurnal Islamia dan Insists Saturday Forum tetap menjadi wajah terdepan INSISTS, seperti mula kehadirannya. Selain itu INSISTS kini telah memiliki penerbit sendiri dan telah melahirkan enam buah buku. Sejak 2008 pula INSISTS bekerjasama dengan Republika menerbitkan Islamia-Republika yang hadir satu bulan sekali. Telah pula dilaksanakan berbagai kegiatan dan banyak lagi yang akan dan harus INSISTS lakukan.
Ali Wafa Yasin/sidogiri