Rasulullah gelisah melihat kelemahan barisan kaum Muslimin di hadapan ribuan pasukan kafir Quraish di kawasan Badar. Jumlah pasukan yang terlampau sedikit, peralatan seadanya dan kendaraan yang terbatas, tentu merupakan kabar buruk, terlebih kaum Muslimin saat itu minim pengalaman berperang.

Meski begitu, tiada henti Rasulullah memohon pertolongan dari Allah. Tidak terlintas sedikit pun di hati Beliau keinginan untuk mundur. Sehingga datang masanya Allah menurunkan bala bantuan berupa ribuan malaikat yang siap menghantam barisan kafir Quraisy. Selain itu, Allah mengganti kegelisahan para sahabat dengan anugerah keamanan dan ketenteraman. Bukan dengan harta, anak-anak, atau tanaman yang berlimpah. Bukan. Melainkan dengan rasa kantuk yang membelai-belai mata. Sehingga para shahabat pun terlelap dalam tidur.

Baca Juga: “KHAYALAN…”

Sayyidina Ali bin Abi Thalib meriwayatkan:

مَاكَانَ فِيْنَا فَارِسٌ يَوْمَ بَدْرٍ غَيْرَ الْمِقْدَادِ عَلَى فَرَسٍ أَبْلَقَ وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا فِيْنَا إِلَّا نَائِمٌ سِوَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ شَجَرَةٍ يُصَلِّيْ حَتَّى أَصْبَحَ

“Tidak satu pun dari kami yang mempunyai kuda di saat perang Badar. Selain shahabat Miqdad yang menunggangi kuda berwarna hitam-putih. Kami semua tertidur, selain Rasulullah. Beliau shalat di bawah pohon hingga pagi hari.”

Para shahabat benar-benar dilanda ‘ngaber’ alias ngantuk berat. Sampai-sampai pedang dan perisai yang sebelumnya dipegang erat-erat jatuh bergelimpangan. Dari sini ulama menyimpulkan, bahwa salah satu simbol ketenangan jiwa adalah datangnya rasa kantuk. Benar saja, selama ini saya tidak pernah menemukan orang yang sanggup nyenyak tidur, sedang hatinya gundah.

baca juga: “TERPAKSA…”

Tidak cukup sekali, Allah kembali menurunkan kantuk ini spesial untuk orang-orang yang beriman di peristiwa Uhud.

Walhamdulillah. Kantuk, sepele memang, tapi membawa manfaat yang sangat besar. Yang perlu digaris-bawahi, tidak selamanya kantuk merupakan anugerah. Bisa jadi malah petaka. Disebutkan dalam kitab Fathul-Bari versi Imam Ibnu Hajar, bahwa terdapat satu atsar yang berbunyi:

اَلنُّعَاسُ عِنْدَ الْقِتَالِ أَمَنَةٌ وَالنُّعَاسُ فِي الصَّلَاةِ مِنَ الشَّيْطَانِ

” Ngantuk di saat peperangan merupakan ketenteraman. Sedangkan ngantuk di saat shalat, muncul dari setan.” Tak hanya itu, Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Zādul-Ma’ād fī Hadyi Khairil ‘Ibād memperingatkan kita dengan jelas bahwa sewaktu-waktu kantuk dapat menjadi petaka bagi kita. Redaksinya sebagai berikut:

وَأَنْزَلَ اللهُ عَلَيْهِمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ فِى غَزَاةِ بَدْرٍ وَأُحُدٍ وَالنُّعَاسُ فِى الْحَرْبِ وَعِنْدَ الْخَوْفِ دَلِيْلٌ عَلَى الْأَمْنِ وَهُوَ مِنَ اللهِ وَفِى الصَّلَاِة وَمَجَالِسِ الذِّكْرِ وَالْعِلْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Allah menurunkan rasa kantuk kepada orang-orang beriman sebagai ketentraman dari-Nya di peperangan Badar dan Uhud. Datangnya kantuk di saat peperangan dan ketakutan menunjukkan ketenteraman dan bukti bahwa datangnya dari Allah. Sedangkan kantuk di saat shalat, (duduk) di majelis zikir dan ilmu, datangnya dari setan.”

Oleh karena itu, jangan sembarangan mengikuti kantuk. Kita harus teliti betul dalam memilah dan memilih kantuk yang baik dan benar. Bila kantuk yang kita hadapi nyata-nyata buruk, tidak boleh kita ikuti. Harus diusir dengan segala cara. Jangan biarkan dia bertamasya di otot-otot kita, akibatnya lemas dan malas beramal.

Jibril Nawa/sidogiri

Spread the love