beberapa waktu yang lalu ada seorang ustadz yang dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa pada awalnya Nabi itu sesat, kemudian Allah. memberikan petunjuk kepada beliau. Karena itu, kata ustadz tadi, orang yang menyelenggarakan Maulid Nabi itu berarti sedang memperingati kesesatan Nabi. Si ustadz menyatakan demikian dengan berdalil pada suatu ayat dalam Surah adh-Dhuha:

ووجدك ضالا فهدى

Tentu saja pernyataan ustadz di atas jelas sesat. Namun bagaimana sebenarnya pemahaman dari ayat tersebut?

Jawaban

Pertama, bahwa seorang Muslim yang sampai mengeluarkan pernyataan sedemikian, berarti pengetahuannya tentang Baginda Nabi. masih belum lengkap, keimanannya terhadap Nabi masih belum mapan, dan adab-adabnya terhadap Nabi masih belum benar. Jika pengetahuannya lengkap, keimanannya kuat, dan adabnya dipakai, tentu pernyataan yang seperti itu tidak akan muncul dari seorang Muslim.

Kedua, mengenai pemahaman terhadap ayat dimaksud, para ulama telah menjelaskan berbagai macam penafsiran, dan tak ada satupun yang mengartikan kalimat “dhâl” dengan arti tersesat dalam akidah, atau mengikuti keyakinan kaumnya yang sesat, karena para nabi terjaga (ma‘shûm) dari kesesatan dalam akidah berdasarkan kesepakatan para ulama (Tafsîr al-Munîr).

Maka dari itu, jika kita merujuk pada kitab-kitab tafsir, setidaknya ada belasan penafsiran berbeda yang dikemukakan para ulama terhadap ayat di atas, dan semuanya terkait dengan penjelasan pada ayat-ayat lain dalan al-Quran, atau terkait dengan Sirah Nabi.

Di antaranya,ووجدك ضالا فهدى   maksudnya “Allah. mendapatimu (Nabi) berada di tengah-tengah kaum yang tersesat, lalu Allah memberikan petunjuk pada mereka melalui dirimu.” Ada juga yang mengartikan kalimat “dhâl” dengan “bingung”, sehingga penafsirannya: “Allah mendapatimu kebingungan dalam menjelaskan wahyu yang diturunkan kepadamu, lalu Allah memberikan petunjuk kepadamu”. (Lihat penafsiran-penafsiran yang lain dalam Tafsîr al-Qurthubî).

Spread the love