Hubungan habaib dan kiai sejak dulu baik-baik saja. Mereka hidup berdampingan dalam bingkai penghormatan dan saling memuliakan. Beberapa waktu terakhir hubungan ini ‘terlihat’ keruh lantaran arus informasi yang simpang siur dan cenderung semakin memanas-manasi, termasuk juga adanya pihak-pihak yang tidak suka atas keharmonisan ini. Namun, hingga kini, hubungan para habaib dan kiai masih sangat baik. Berikut hasil wawancara N. Shalihin Damiri dari Sidogiri Media dengan KH. Agoes Ali Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Tulangan Sidoarjo, mengenai pandangan beliau tentang hal itu.
Hubungan habaib-kiai seperti apa?
Belajarlah dari masa lalu, hiduplah masa kini dan rencanakan masa depan. Berbicara tentang hubungan kiai dan habaib di republik tercinta ini, sangat penting kita sampaikan, bahwa sejak dulu hubungan mereka sangat erat. Kiai itu tuan rumahnya, habaib itu tamunya. Ini yang harus diluruskan. Seorang tuan rumah harus memuliakan tamunya.
Ini yang mungkin orang-orang lupa. Bagaimana hubungan Kiai Hasan Sepuh (beliau tidak menyebutkan asal Kiai Hasan. Namun setelah dilacak, kemungkinan yang dimaksud beliau adalah Kiai Hasan dari Genggong Probolinggo), Habib Abdul Qadir Tuban. Bagaimana hubungan para habib di Gresik, Surabaya, Cirebon, di mana saja di republik ini. Hubungan kiai dan habaib sangat dekat, sangat erat.
Kiai sebagai tuan rumah, habaibnya sebagai tamu. Ini yang perlu digarisbawahi. Tesis ini kalau ada orang yang tidak percaya, saya siap dialog.
Para habaib memuliakan kiai, demikian sebaliknya…
Saling take and care.
Baca Juga: Romantisme Ulama Dan Habaib Nusantara
Namun masyarakat suka memilah-milah…
Ini yang harus diluruskan. Jadi, menurut Islam, tidak ada bedanya orang Inggris, Jepang, Arab, Indonesia, Australia. Yang membedakan adalah takwanya. Ini substansinya. Sehingga jangan sampai terjadi, yang satu lebih unggul dan merendahkan yang lain.
Tidak ada bedanya kulit putih dan hitam, bangsa ini dan bangsa itu. Yang membedakan adalah takwanya kepada Allah. Ini prinsip dasar Islam. Jangan menurut ini, menurut itu. Prinsip dasar Islam, antara bangsa yang satu dengan bangsa lain adalah sama, yang membedakan adalah takwanya. Butuh hadis berapa?
Habaib dalam pandangan jenengan?
Lha, ini. Jadi kalau saya begini saja, Islam itu pada akhlak. Apa artinya orang itu nasabnya tinggi kalau akhlaknya rendah? Pasti orang keberatan tesis ini, padahal ini dawuhnya Sayidina Ali. Bagi saya, habaib adalah orang yang bisa meneladani dan mewarisi Rasullullah dalam segala dimensi kehidupannya. Bagaimana akhlaknya, ibadahnya, muamalahnya, mampu dan mau meneladani apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Bagi saya, tidak sekedar keturunan secara biologis, tetapi mampu mewarisi nilai-nilai yang sudah digariskan Rasulullah. Dalam sekali (pembahasan) ini.
Habaib yang habaib tidak berani mengaku-aku ‘aku habib’. Tidak ada. Kenyataan sekarang, bukan habib tetapi mengaku habib. Sebenarnya habib yang habib, itu tak perlu mengumumkan. Karena pada akhlak, dakwahnya pada hal. Bukan justifikasi pengakuan.
Bagaimana akhlaknya Habib Abu Bakar Assegaf, Gresik, seorang wali qutub pada zamannya. Tawadu’, zuhud, ahli ibadah dan wara’. Bagaimana Habib Sholeh Tanggul yang zahid, ‘abid, wira’i dan tawadu’.
Baca Juga: Ngapunten Kiai
Pesan buat masyarakat.
الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Orang yang penyayang akan disayang oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Sayangilah apa yang ada di bumi niscaya kamu akan disayang oleh apa yang ada di langit.
Jalan untuk memperoleh kasih Allah adalah kita harus tampil menyayangi sesama ciptaan Allah, walaupun pada seekor binatang. Jangan percaya ada karya hebat lahir dari orang yang hatinya penuh kejelekan, jangan percaya orang punya doa mustajab kalau di hatinya memelihara kebencian pada sesama.
Islam itu di akhlak. Understand? Sebarkan salam, sebarkan kasih di tengah-tengah masyarakat dan jangan sebarkan fitnah dan permusuhan.
Kita harus kembali berguru pada pendahulu-pendahulu. Jangan sampai kita mengubur prestasi mereka. Hubungan kiai dan habaib sangat harmonis, sangat melengkapi. Memberi dan menerima. Tidak saling menjatuhkan dan merasa lebih sempurna dari yang lain.
Yang menjadikan seorang unggul di sisi Allah adalah takwanya, penekanannya adalah akhlak. Apa artinya nasab tinggi kalau akhlaknya rendah? Apalagi nasabnya rendah ditambah akhlaknya rendah, wassalam.