Beberapa kali Allah SWT menyebutkan kata berkah dalam al-Qur’an. Di antaranya dalam surah al-A’raf ayat 96 dan surah Hûd ayat 73. Berkah sendiri memiliki arti bertambahnya kebaikan. Tentu setiap orang menginginkan berbagai berkah terus mengalir deras dalam sendi-sendi kehidupannya. berikut adalah beberapa tips agar berkah terus mengalir.

Bertakwa dan Takut kepada Allah SWT

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS. al-A’raf ayat 96)

Dalam ayat di atas, terbukanya berkah dikaitkan dengan adanya iman dan takwa. Allah SWT akan melimpahkan berkah kepada seseorang jika ia beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dalam ayat lain, Allah SWT juga memberikan jaminan kepada orang yang bertakwa terlepas dari kesempitan dan kesulitan. “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. ath-Thalâq : 2). “Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. ath-Thalâq : 4)

Beramal dengan Ikhlas

Allah SWT berfirman dalam surah az-Zumar ayat 2 yang artinya: “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima amal kecuali yang ikhlas dan hanya mengharap rida-Nya”. Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa ikhlas adalah prinsip yang harus dipegang dalam beribadah. Tanpa adanya keikhlasan, amal yang dikerjakan sia-sia. Karena itulah syariat selalu menganjurkan agar ikhlas dalam beramal.

Menyebut Nama Allah SWT dan Berdzikir

Rasulullah SAW bersabda: “Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan Bismillâhirrahmânirrahîm maka terputus berkahnya.” (HR. Abu Hurairah). Dalam hadis lain Rasulullah SAW menjelaskan “Barangsiapa yang menginginkan agar syetan tidak bergabung dalam makanan, tempat tinggal, dan tempat tidur, maka ucapkanlah salam dan bacalah Bismillah saat makan.” (HR. Ath-Thabrani).

Dalam surah Thâhâayat 124 Allah SWT berfirman yang artinya “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud dari kehidupan sempit yang terdapat dalam ayat ini, apakah terjadi di dunia, di alam kubur, atau kelak di akhirat. Namun yang jelas, tidak ada kebaikan dalam kehidupan yang sempit, baik di dunia maupun di akhirat.

Tidak Memakan Barang Haram

Tidak ada berkah dalam harta yang diperoleh dengan cara yang dilarang syariat. Harta haram justru akan mendatangkan siksaan bagi pemiliknya, sekalipun harta tersebut digunakan dalam berbagai kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Barang siapa mengumpulkan harta dari pekerjaan haram kemudian ia menyedekahkannya, maka tidak ada pahala dalam sedekahnya, dan ia menanggung dosa atas perbuatannya.” (HR. Ibnu Khuzaimah) dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang mencari harta (dengan jalan) haram kemudian ia membebaskan budak dari harta itu, dan menyambung silaturrahim dari harta itu, maka perbuatan itu adalah dosa yang dibebankan padanya.” (HR. Ath-Thabrani). Karena itulah syariat sangat mewanti-wanti agar tidak sampai memakan barang haram. Bahkan dalam salah satu hadisnya, Rasulullah r menjelaskan bahwa orang yang berusaha untuk menafkahi keluarganya dari perkara halal, maka ia sama dengan berjihad fi sabilillah.

Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kunci kesuksesan dan keberkahan seorang anak adalah dengan memuliakan dan mendapatkan rida orang tuanya. Bahkan rida dan murka Allah I terletak pada rida dan murka kedua orang tua. Dalam al-Quran, berbakti kepada orang tua disandingkan dengan menyembah Allah I dan larangan untuk menyekutukan-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisâ’ ayat 36. Rasulullah r pun pernah bersabda “Allah I melaknat tujuh golongan dari atas langit, lalu mengulang-ulang laknat tersebut kepada salah satu dari mereka sebanyak tiga kali, dan melaknat setiap orang di antara mereka sebanyak tiga kali. Serta melaknat setiap orang dengan laknat yang cukup baginya.” Rasulullah r menyebutkan orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya (termasuk golongan dari mereka). (HR. Ath-Thabrani)

Ahmad Sabiq Ni’am/sidogiri

Spread the love