Pada 6 September 103 tahun lalu Organisasi Islam yang bernama Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah atau yang lebih dikenal dengan Al Irsyad didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati.
Didirikan oleh Cendikiawan Sudan
Surkati adalah Tokoh islam kelahiran Udfu, Dongula sudan pada tahun 1875 M. Ayahnya, Muhammad Surkati, adalah seorang cendikiawan lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir. Bila diteliti silsilahnya beliau masih termasuk keturunan Sahabat Jabir bin Abdullah al-Anshari, salah satu sahabat nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis.
Pada 1896 M. setelah ayahnya wafat, ia berangkat ke Mekkah, untuk belajar agama dan menunaikan ibadah haji. Di sana, ia sempat memperoleh gelar Al-Allamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H. Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama AlAzhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami’at Kheir (al-Khairat) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke Syekh Ahmad.
Dia Datang ke Indonesia pada tahun 1911 dengan membawa dua sahabat karibnya: Syekh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syekh Muhammad bin Abdulhamid al-Sudani. Di negeri baru ini selain mengajar, Syekh Ahmad menyebarkan gagasan baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia.
Setelah tiga tahun beliau berhenti mengajar di Jami’at Kheir dan mendirikan Madrasah Al-Irsyad AlIslamiyyah yang pertama, di Jakarta pada 06 september tahun 1914 yang nantinya menjadi cikal bakal organisasi al-Irsyad. Pengakuan hukumnya sendiri baru dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.
Ahmad Surkati meninggal dunia pada 6 September 1943 di Jakarta, dan dimakamkan di Pekuburan Karet dengan cara yang sederhana dan tanpa meninggalkan nisan, sesuai dengan amanat beliau. Sukarno ikut mengantarkan jenazahnya dengan berjalan kaki. Menurut Sukarno, Surkati telah ikut mempercepat kemerdekaan Indonesia.
Berperan Penting dalam Tercapainya Kemerdekaan
Al-Irsyad berperan penting sebagai pemrakarsa Muktamar Islam I di Cirebon pada 1922 bersama Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Dalam kongres itulah Surkati menjadi tokoh utama dalam perdebatan bersama Semaun dari Sarekat Islam Merah tentang konsepsi kemerdekaan indonesia dan sejak itu pula, Syekh Ahmad Surkati bersahabat dekat dengan H. Agus Salim dan H.O.S. Tjokroaminoto.
Al-Irsyad juga aktif dalam pembentuan MIAI (Majlis Islam ‘A’laa Indonesia) di zaman pendudukan Jepang, Badan Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) dan lain-lain, sampai juga pada Masyumi, Badan Kontak Organisasi Islam (BKOI) dan Amal Muslimin.
Menurut Bung Tomo Al-Irsyad adalah gerakan yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan segenap gelombang perjuangan bangsa Indonesia. Al-Irsyad turut dalam usaha-usaha didalam membebaskan penjajahan Belanda hingga bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Hal senada juga diungkapkan oleh Maskun, ketua Umum Perintis Kemerdekaan Indonesia 1966, bahwa salah satu perjuangan Al-Irsyad adalah juga ikut menentang Imperialisme dan Kolonialisme Belanda.
Amaliah Al-Irsyad sebagai sebuah organisasi konsisten ditujukan untuk meningkatkan apresiasi muslim terhadap ajaran Islam. Dalam konteks ini Al-Irsyad dengan tokoh sentralnya Surkati telah menjadi sumber ilham bagi generasi muda Islam terpelajar yang bangkit secara terorganisir pada tahun 1925 lewat wadah Jong Islamieten Bond (JIB).
Di kemudian hari, pergerakan Al-Irsyad terus berkembang tidak hanya di bidang pendidikan, namun juga selama perjuangan Nusantara pasca kemerdekaan, termasuk andil besar dalam penumpasan pemberontakan G30S PKI. Pelajar Al-Irsyad juga tercatat sebagai tokoh di balik kelahiran KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia) pada 1966.
Tokoh-Tokoh Penting
Al-Irsyad juga dikenal banyak melahirkan tokoh penting kenegaraan, antara lain:
H.M Saleh Suaidy, salah satu tokoh yang dikenal pendorong proklamasi kemerdakaan RI. Beliau juga dikenal sebagai pendiri Partai Masyumi dan pendiri Departemen Agama RI.
Prof. DR. Rasjidi (bernama asli Saridi), salah seorang murid Syekh Surkati yang pernah diangkat sebagai asisten pelajaran gramatika Bahasa Arab karena berhasil menghafalkan buku Alfiyah Ibnu Malik pada usia 15 tahun, juga buku logika Aristoteles berjudul “Matan as Sullam”. Rasjidi diangkat sebagai Menteri Agama RI yang pertama, juga pernah diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk negara-negara Timur Tengah.
Ibu Nurjanah, salah seorang siswi Al-Irsyad yang banyak melahirkan organisasi wanita Islam bertaraf Nasional. Beliau dikenal sebagai ahli tafsir wanita pertama yang dimiliki Indonesia dan wanita pertama yang berani menyuarakan ayat-ayat Al-Quran di radio NIROM (sekarang RRI) pada masa penjajahan Jepang. Beliau pula tokoh pencetus Musbaqah Al-Quran (MTQ).
Dan juga masih banyak tokoh lain diantaranya; Muhammad Yunus Anis Said Thalib Alhamdani, TM Hasbi Asshidiqy, Umar Nadji, Muhammad Munif, Ali Harharah Dll.
Kontributor Sidogiri Media